“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’: 7)
Saat ini banyak muncul orang "pintar" baru akibat mudahnya mengakses berbagai macam informasi melalui kecanggihan teknologi, khususnya internet. Berbagai macam ilmu pengetahuan dengan mudah diperoleh sehingga banyak orang yang merasa paling memahami ilmu tertentu khususnya ilmu agama.
Di satu sisi keberadaan internet dapat mempermudah pencarian informasi. Namun, di sisi lain juga dapat menjerumuskan sang pencari bila tidak dengan bijaksana mencerna dan melakukan “tabayun” (keterangan) terhadap informasi atau ilmu yang didapat.
Fenomena untuk berhati-hati dalam mencari dan menyerap ilmu seperti ini sudah sejak lama diingatkan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya “Arrisalah li-Ahlissunnah wal-Jama’ah”.
Pada kitab tersebut, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mengingatkan akan pentingnya berhati-hati dalam menyerap ilmu.
Berhati-hatilah dan jangan dengan gampang menyebarkan sebuah tulisan walaupun berisi ilmu, namun tidak jelas asal-usulnya. Mintalah penjelasan pada ahlinya.
Itulah pentingnya seorang guru dalam mendapatkan sebuah ilmu. Melalui seorang guru, seseorang yang belajar akan memiliki ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan karena memiliki silsilah atau sanad ilmu yang jelas.
Jangan belajar dari buku saja atau internet saja. Dan janganlah belajar dengan orang yang bukan ahlinya. Kita harus belajar dengan orang yang jelas sanad keilmuannya.
Hal itu, sudah ditegaskan Rasulullah melalui hadits tentang larangan belajar dari orang yang tidak jelas silsilah keilmuannya dan bukan ahli dari ilmu tersebut.
Fenomena memprihatinkan sekarang juga sudah terlihat dimana banyak masyarakat yang hanya belajar melalui televisi kepada seseorang yang tenar atau terkenal dan dianggap ustadz.
Fenomena-fenomena belajar tanpa guru, belajar tanpa sanad ilmu yang jelas, mudah mempercayai dan menyebarkan “hoax”, serta belajar dengan orang yang bukan ahlinya, semua itu perlu dihindari umat Islam.
Janganlah belajar dari orang yang menyampaikan ilmu tidak benar. Ini sama saja, sudah bodoh membodohi orang.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!