Para penghafal Al-Qur’an memiliki kecenderungan berbeda-beda. Mereka yang menghafal Al-Qur’an tidak selalu shaleh. Mustasyar PBNU KH. Maemun Zubair menyebutkan sedikitnya 2 jenis kecenderungan watak mereka di samping kecenderungan pertama.
“Pertama, zhalimun li nafsih ialah para penghafal Al-Qur’an namun zhalim (menganiaya) terhadap diri sendiri dengan tindakan maksiatnya. Kedua, Muqtashid ialah para penghafal Al-Qur’an dengan jumlah dan mutu amal ibadahnya sedang-sedang saja.
Sedangkan yang ketiga, sabiqun bil khairat. Mereka ialah para penghafal Al-Qur’an yang sukses mengkaji Al-Qur’an, mengamalkan, mengajarkan, dan membimbing orang lain untuk mengamalkan Al-Qur’an.
Kendati demikian, Allah menyediakan pahala besar bagi para penghafal Al-Qur’an berupa surga ‘Adn yang berisi perhiasan berupa gelang-gelang emas dan mutiara. Mereka akan mengenakan pakaian sutra dan bermahkotakan emas. Namun, melalaikan hafalan Al-Qur’an adalah dosa besar”
Menurut Kiai Maemun, banyak sahabat Rasul yang tidak hafal 30 juz Al-Qur’an. Tetapi mereka menghafal surah All-Baqarah disertai pemahaman maknanya dengan penuh resapan. Sedangkan di zaman sekarang banyak orang yang hafal Al-Qur’an 30 juz, namun sedikit ayat bahkan mungkin tidak satupun ayat yang dipahami dan diresapi maknanya.
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!