Setelah beberapa kali diadakan perundingan untuk menyelesaikan Irian Barat dan selalu gagal, Bung Karno mendatangi Kiai Wahab Hasbullah di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.
Bung Karno menanyakan bagaimana hukum orang-orang Belanda yang masih bercokol di Irian Barat?
Kiai Wahab menjawab tegas,”Hukumnya sama dengan orang yang ghasab.”
“Apa artinya ghasab, kiai?” tanya Bung Karno
“Ghasab itu istihqaqu maalil ghair bighairi idznihi. Artinya, menguasai hak milik orang lain tanpa izin,” terang Kiai Wahab.
“Lalu bagaimana solusi menghadapi orang yang ghasab?” ujar Bung Karno
“Adakan perdamaian,” tutur Kiai Wahab.
Lalu Bung Karno bertanya lagi,”Menurut insting Kiai, apakah jika diadakan perundingan damai akan berhasil?”
“Tidak.” tegas Kiai Wahab
“Lalu, mengapa kita tidak potong kompas saja Kiai?” Bung Karno sedikit memancing.
“Tak boleh potong kompas dalam syariah,” kata Kiai Wahab.
|
Bung Karno bersama para kiai |
Selanjutnya Bung Karno mengutus Soebandrio mengadakan perundingan yang terakhir kali dengan Belanda untuk menyelesaikan konflik Irian Barat.
Perundingan ini akhirnya gagal. Kegagalan ini disampaikan Bung Karno kepada Kiai Wahab. ”Kiai, apa solusi selanjutnya menyelesaikan Irian Barat?”
“Akhodzahu qohron (ambil dengan paksa!).” Kiai Wahab menjawab dengan tegas.
“Apa rujukan Kiai memutuskan masalah ini?” tanya Bung Karno
“Saya mengambil literatur Kitab Fath al-Qarib dan syarahnya (al-Baijuri).” jawab Kiai Wahab
Setelah itu, barulah Bung Karno membentuk barisan Trikora (Tiga Komando Rakyat).
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!