Pertanyaan:
Dalam kesempatan ini saya mau menanyakan hal terkait adzan. Terutama menyangkut apakah Nabi Muhammad SAW pernah mengumandangkan adzan? Atas penjelasannya saya ucapkan terima kasih.
Jawaban:
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah SWT. Ketika membincang adzan, sahabat Bilal adalah sosok yang tak bisa dipisahkan. Perannya sebagai salah satu muadzin yang mengingatkan datangnya waktu shalat pada masa Rasulullah SAW sangat signifikan. Suaranya yang indah dan lantang menjadi faktor yang menyebabkan Rasulullah SAW menunjuknya sebagai muadzin.
Dari situ kemudian kumandangan adzan selalu identik dengan panggilan shalat lima waktu. Karenanya kemudian adzan didefinisikan menurut syara’ adalah pemberitahuan masuknya waktu shalat lima waktu dengan redaksi yang sudah diketahui dan ma’tsur dengan sifat khusus. Demikian sebagaimana yang kami pahami dari penjelasan dalam Kitab Al-Mausu’atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah berikut ini:
الأَذَانُ لُغَةً : الإِعْلاَمُ ، قَال اللَّهُ تَعَالَى : { وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ } أَيْ أَعْلِمْهُمْ بِهِ وَشَرْعًا الإِعْلاَمُ بِوَقْتِ الصَّلاَةِ الْمَفْرُوضَةِ ، بِأَلْفَاظٍ مَعْلُومَةٍ مَأْثُورَةٍ ، عَلَى صِفَةٍ مَخْصُوصَةٍ
“Pengertian adzan secara bahasa adalah pemberitahuan (al-i’lam). Allah SWT berfirman, ‘Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,’ (QS. Al-Hajj: 27). Maksud berseru dalam ayat ini adalah ‘beritahukan kepada mereka’. Dan menurut syara’ adalah pemberitahuan masuknya waktu shalat fardhu dengan redaksi yang sudah maklum dan ma’tsur dengan sifat khusus,” (Lihat Al-Mausuatul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, juz II, hal. 357).
Dalam sejarahnya, menurut pendapat yang lebih shahih (al-ashshah) adzan pertama kali disyariatkan pada tahun ke-1 Hijriyah di kota Madinah. Pandangan ini didasarkan kepada beberapa riwayat yang dianggap shahih. Demikian sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Al-Mausu’atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah.
شُرِعَ الْأَذَانُ بِالْمَدِينَةِ فِي السَّنَةِ الأُوْلَى مِنَ الْهِجْرَةِ عَلَى الأَصَحِّ ؛ لِلأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الْوَارِدَةِ فِي ذَلِكَ
“Menurut pendapat yang lebih shahih, adzan pertama kali disyariatkan di kota Madinah pada tahun pertama hijriyah, karena adanya beberapa riwayat yang shahih yang menjelaskan akan hal tersebut,” (Lihat Al-Mausuatul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, juz, II, hal. 358).
Jika sahabat Bilal dikenal sebagai salah satu muadzin pada masa Rasulullah SAW, maka kemudian melahirkan pertanyaan, apakah Rasulullah SAW juga pernah mengumandangkan adzan?
Dalam beberapa literatur yang kami baca, salah satunya adalah Kitab Mishbahuz Zhalam Syarhu Bulughil Maram yang ditulis oleh Kiai Muhajirin Amsar ulama Betawi yang terkenal kealimannya dan sangat produktif. Dalam hal ini beliau menghadirkan pandangan Syekh Abddullah As-Syarqawi yang dikemukakan dalam Kitab Hasyiyatut Tahrir.
Menurut Asy-Syarqawi Rasulullah SAW pernah mengumandangkan adzan sekali ketika dalam perjalanan (safar). Lebih lanjut beliau menyatakan ketika sampai pada syahadat kedua, Rasulullah mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah”. Namun, ada pendapat lain (qila), yang dikumandangan adalah “Asyhadu anni Rasulullah”. Demikian sebagaimana dikemukakan oleh Kiai Muhajirin Amsar Betawi.
قَالَ الشَّيْخُ عَبْدُ اللهِ الشَّرْقَاوِيُّ فِى حَاشِيَةِ التَّحْرِيرِ: أَذَّنَ صلى الله عليه وسلم مَرَّةً فِى سَفَرِهِ فَقَالَ فِيهِ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَقِيلَ: أَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللهِ
“Syekh Abdullah Asy-Syarqawi di dalam kitab Hasyiyatut Tahrir berkata, ‘Rasulullah SAW pernah sekali melakukan adzan ketika dalam perjalanan. Kemudian dalam adzan tersebut beliau mengumandangkan, ‘Asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah’. Dan pendapat lain (qila) beliau mengucapkan, ‘Asyhadu anni Rasulullah’.” (Lihat Kiai Muhajirin Amsar Bekasi, Misbahuz Zhalam Syarhu Bulughil Maram, jilid I, hal. 139).
Demikikan jawaban dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!