Ketika Syaikhona Kholil masih sangat kecil, bahkan masih belum baligh beliau pernah diajak ayahandanya, Kiai Abdul Lathif, untuk bersilaturrahmi ke Pasuruan, ke tempat pesantren sahabat ayah beliau yang bernama Sayyid Abu Dzarrin yang belakangan masyhur dengan julukan Sayyid Tugu atau Mbah Tugu.
Sayyid Abu Dzarrin kala itu adalah sosok ulama yang berasal dari Cirebon dan menetap di Karangsono, Winongan, Pasuruan. Beliau mendirikan sebuah pesantren di desa itu. Beliau sangat ‘alim, zuhud, dan wara'. Konon di pesantren beliau, bukan para manusia saja yang menuntut ilmu disana, namun banyak juga para jin yang ngaji di sana.
Saat Syaikhona Kholil kecil dan ayahandanya sampai di rumah Sayyid Abu Dzarrin di Karangsono, Pasuruan, mereka disambut dengan sangat hangat, saling ngobrol dan sesekali ada canda. Sedangkan Kholil kecil seperti layaknya anak yang masih kecil bermain di luar. Namun tiba-tiba Sayyid Abu Dzarrin minta izin kepada Kiai Abdul Lathif, ayah Kholil kecil, untuk mengajaknya ke dalam rumah sebentar. Diajaklah dia ke suatu tempat.
Memang Sayyid Abu Dzarrin adalah seorang wali Allah yang kasyaf, yang mengetahui tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh orang biasa. Beliau telah lama melihat bahwa Kholil kecil adalah sosok yang akan menjadi orang besar dan menjadi wali Allah. Alkisah, saat pertemuan berdua itu, beliau memegang dada Kholil kecil sambil berdoa yang entah apa yang beliau baca. Setelah itu beliau berkata kepada si Kholil kecil. "Kamu nanti kalau sudah besar main lagi ke sini ya, aku tunggu". kata Sayyid Abu Dzarrin. "Inggih". jawab Kholil kecil.
Tapi yang namanya anak kecil, dia anggap peristiwa tadi itu, tidak ada istimewanya sama sekali. Yang dia inginkan ya cuma bermain dan bermain saja. Maklum, masih kecil. Karena sudah cukup lama berada di rumah Sayyid Abu Dzarrin, akhirnya tibalah waktunya berpamitan. Kholil kecil dan ayahnya pun pamit pulang. Namun mereka tidak langsung pulang, mereka meneruskan perjalanan silaturrahmi ke ulama-ulama lainnya. Harapan sang ayah adalah agar Kholil kecil ini nantinya mendapat berkah dari para kiai-kiai yang disowaninya (meskipun sang ayahanda, Kiai Abdul Lathif, juga termasuk sosok ulama besar yang sangat disegani).
Menurut beberapa sumber, silaturrahmi pun berlanjut hingga sampai ke Jawa Tengah. Kurang tahu persisnya di daerah mana. Di Jawa Tengah mereka mampir ke rumah seorang Kiai yang masih ada pertalian saudara. Seperti biasanya, mereka pun saling ngobrol dan canda untuk melepas kangen. Di tengah-tengah berbincang serius, tibalah waktu shalat Dhuhur. Akhirnya mereka pun melaksanakan shalat berjamaah termasuk si Kholil kecil. Yang menjadi imam saat itu adalah tuan rumah. Namun aneh, ketika di tengah-tengah shalat, Kholil yang masih kecil itu tiba-tiba tidak meneruskan shalatnya. Dia cuma duduk saja dan memandangi tuan rumah yang masih sibuk menjadi imam shalat.
|
Foto Asli Syaikhona Kholil Bangkalan |
Setelah shalat selesai, sang ayah dan tuan rumah merasa heran. Mereka bertanya kenapa Kholil kecil tidak mengikuti shalat berjamaah hingga selesai?. Dengan entengnya Kholil kecil menjawab: "Lho, saya heran dengan imamnya itu. Shalat kok sambil bawa sayuran di pundaknya".
Mendengar jawaban seperti itu, kontan sang ayah marah dan merasa malu sama tuan rumah. Bagaimana tidak, kenyataan yang ada adalah, sang imam tidak membawa apapun di pundaknya. Tapi tuan rumah melarang ayah Kholil memarahi anaknya, malah tuan rumah itu berkata: "Sudah, sudah, anak Anda tidak salah, memang saya yang salah. Shalat itu mestinya menghadap Allah, lha kok malah saya ingat dagangan sayur saya, itu namanya shalat yang tidak khusyu'."
Luar biasa, Kholil yang masih sekecil itu bisa mengetahui sesuatu yang orang lain tidak tahu. Itulah karomah beliau di kala masih kecil. Sang ayah pun heran, dia bertanya pada anaknya yang masih lugu itu:
"Kholil.. siapa yang mengajari kamu, hingga kamu bisa seperti itu?"
Dengan polosnya ia menjawab: "Mbah Yai"
"Mbah Yai yang mana?" tanya ayahnya
"Mbah Yai yang di Pasuruan yang kemarin kita ke sana" jawab Kholil kecil
"Kiai Abu Dzarrin Itu?" tanya ayahnya
"Inggih" jawab Kholil kecil
Wallahu A’lam
Sumber: dutaislam.com