Cara Menjaga Kekhusyu’-an
Shalat
|
Ilustrasi |
Khusyu’,
tawadhu’ dan penuh konsentrasi memang bukan termasuk rukun dan syarat sahnya
shalat. Akan tetapi masuk dalam tata krama (adab) shalat. Khusyu’ dan
konsentrasi bersifat batiniah atau hanya diri orang yang shalatlah yang mengetahui
dan mengerti. Bisa saja seorang yang terlihat tenang dalam shalat tetapi
pikiran dan angan-angannya melayang hingga kemana-mana. Bila diperhatikan,
biasanya khusyu’ dan konsentrasi bisa lepas begitu saja ketika dalam shalatnya
seseorang hanya diam saja. Yaitu ketika banyak tersedia waktu luang, terutama
bila seseorang menjadi Makmum dan menunggu Imam menyelesaikan bacaan Fatihahnya.
Seperti ketika raka’at kedua atau keempat ketika shalat Maghrib dan Isya’. Atau
dalam shalat-shalat sirriyah. Yaitu shalat yang tidak bersuara seperti
Dhuhur dan Ashar. Seringkali selepas Makmum membaca Fatihah, Imam belum usai
dengan bacaannya. Maka hal ini mengundang berbagai pikiran dan angan-angan
masuk dalam shalat, mulai dari pekerjaan hingga makanan.
Oleh karena
itulah, ada baiknya bagi Makmum berdzikir dalam hati atau membaca ayat Al-Qur’an
sembari menunggu Imam melakukan gerakan selanjutnya. Hal ini disunnahkan dan
tidak merusak sahnya shalat bahkan dapat membantu Makmum untuk tetap dalam
jalur konsentrasi. Begitulah keterangan yang terdapat dalam al-Fatawi al-Fiqhiyyah
al-Kubra.
بأن المأموم اذا فرغ
من فاتحته ولم يسمع قراءة الإمام كأن بعد عنه أو سمع صوتا لايفهمه أو كان فى سرية
وفى الثالثة أوفى الرابعة من الرباعية سن له أن يقراء أو يدعووالقراءة أولى
لان القيام محلها ولايسكت لأن الصلاة لاسكوت فيها الا فى مواضع ليست هذه منها...
Ketika Makmum selesai dengan
bacaan Fatihahnya dan tidak mendengarkan apapun dari Imam (baik karena terlalu
jauh dari Imam atau karena bisingnya suara lain) seperti ketika shalat sirriyah
(Dhuhur dan Ashar) atau ketika raka’at ketiga dan keempat, maka disunnahkan
bagi Makmum membaca ayat Al-Qur’an (dalam hati) atau berdo’a. Tetapi membaca
ayat Al-Qur’an lebih utama. Dan janganlah diam saja dalam shalat karena shalat
(sebagaimana dialog dengan Tuhan) harus terus dinamis. Kecuali beberapa tempat
yang mengharuskan diam.
Allahu A’lamu bi Muradihi…
Sumber : www.nu.or.id
ADS HERE !!!