RAHASIA - RAHASIA
ALLAH SWT
Di dalam Kitab al-Isti'dad
lil Mauti Wasualil Qabri juz 1 hlm. 20 dijelaskan, bahwa Allah swt.
menyembunyikan 3 perkara di dalam tiga perkara. Yang pertama, Allah
menyembunyikan Ridha-Nya di dalam perbuatan taat (takwa) seseorang kepada
Allah, maka jangan sekali-kali meremehkan atau menghina perbuatan taat
seseorang, karena banyak sekali ketaatan seseorang yang diremehken justru itu
yang diridhai Allah, (sesungguhnya kita semua tidak tahu taat siapa/perbuatan
taat kita yang bagaimana / yang seperti apa yang di terima Allah).
Yang kedua, Allah
menyembunyikan murka-Nya di dalam kemaksiatan menusia kepada Allah, maka jangan
sekali-kali meremehkan kemaksiatan sekecil apapun, karena seringkali
kemaksiatan yang diremehkan justru yang di murkai Allah.
Yang ketiga, Allah
menyembunyikan kekasih-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya, maka jangan pernah
menghina seseorang dari makhluk-Nya walaupun menurut kita remeh/hina, karena
banyak manusia yang tidak di perdulikan manusia lain ternyata justru yang
dikasihi Allah swt.
Ikhlas, Rahasia Allah dengan
Hamba-Nya
Seorang sahabat dengan mimik
serius mengajukan sebuah pertanyaan kepada Rasulullah swt. ,“Duhai kekasih
Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan
kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?“
Rasulullah, kekasih Allah yang
paling mulia bersabda, “Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril
as. apakah ikhlas itu? Lalu Jibril berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha
Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya? “
Allah swt. yang Mahaluas
Pengetahuan-Nya menjawab, “Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang
Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“(HR. al-Qazwini).
Dari hadits diatas nampaklah
bahwa rahasia ikhlas itu diketahui oleh hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya.
Untuk mengetahui rahasia ikhlas, kita harus menggali hikmah dari kaum arif, salafus
shalih dan para ulama kekasih Allah. Antara lain Imam Qusyairy dalam
kitabnya Risalatul Qusyairiyah menyebutkan bahwa ikhlas berarti
bermaksud menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan/pengabdian.
Keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama
makhluk. Dikatakan juga, keikhlasan berarti melindungi diri sendiri dari urusan
individu manusia.
Hamba Allah yang ikhlas mampu
beribadah secara istiqamah dan terus menerus/kontinu. Orang-orang yang ikhlas
adalah orang yang kualitas amalnya dalam kondisi ada atau tidak adanya orang
yang memperhatikan adalah sama. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas,
ibadahnya justru lebih bagus ketika ada orang lain memperhatikannya.
Seorang pembicara yang tulus
tidak harus merekayasa aneka kata-kata agar penuh pesona, tetapi dia usahakan
agar setiap kata-kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata-kata yang disukai
Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan maknanya, selebihnya terserah
Allah, kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang Maha
Kuasa menghunjamkannya ke dalam setiap kalbu/hati.
Oleh karena itu, tidak perlu
terjebak oleh rekayasa-rekayasa, Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa,
karena Dia Maha Tahu segala lintasan hati, Maha Tahu segalanya. Semakin jernih,
semakin bening, dan semakin bersih segala apa yang kita lakukan atau semakin
seluruh aktifitas ditujukan semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah-lah
yang akan menolong segalanya.
Tanda-Tanda Ikhlas
Seorang Hamba
1. Tidak mencari populartias dan
tidak menonjolkan diri
2. Tidak rindu pujian dan tidak
terkecoh pujian. Pujian hanyalah sangkaan orang kepada kita, padahal kita
sendiri yang tahu keadaan kita yang sebenarnya. Pujian adalah ujian Allah,
hampir tidak pernah ada pujian yang sama persis dengan kondisi dan keadaan diri
kita yang sebenarnya. 3. Tidak silau dan cinta jabatan
4. Tidak diperbudak imbalan dan
balas budi
5. Tidak mudah kecewa.
Seorang hamba Allah yang ikhlas
yakin benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik lalu terjadi atau tidak yang
dia niatkan semuanya pasti telah dilihat dan dinilai oleh Allah swt. Misalnya,
ketika kita hendak menjenguk teman sakit di luar kota, ternyata ketika kita
sampai yang bersangkutan telah sembuh dan pulang. Tentu saja kita tidak harus
kecewa karena niat dan perjalanan kita termasuk ongkos dan keletihannya sudah
mutlak tercatat dan tidak akan disia-siakan Allah swt.
Seorang hamba yang ikhlas sadar
bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan
ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah.
6. Tidak membedakan amal yang
besar dan amal yang kecil
7. Tidak fanatik golongan
8. Ridha dan marahnya bukan
karena perasaan pribadi
9. Ringan, lahap dan nikmat
dalam beramal
10. Tidak egois karena selalu
mementingkan kepentingan bersama.
11. Tidak membeda-bedakan
pergaulan.
Tingkatan Ikhlas
Dalam kitab al-Hikam,
karya Syeikh Ibnu Atho’ilah tentang kedudukan seorang hamba dalam amal
perbuatannya, terdapat dua tingkatan kemuliaan seorang hamba ahli ikhlas, yakni
hamba Allah yang abrar dan yang muqarrabin.
Keikhlasan seorang abrar
adalah apabila amal perbuatannya telah bersih dari riya baik yang jelas maupun
samar/tersembunyi. Sedangkan tujuan amal perbuatannya selalu hanya pahala yang
dijanjikan Allah swt.
Adapun keikhlasan seorang hamba
yang muqarrabin adalah ia merasa bahwa semua amal kebaikannya
semata-mata karunia Allah kepadanya, sebab Allah yang memberi hidayah dan
taufik.
Dengan kata lain, amalan seorang
hamba yang abrar dinamakan amalan lillah, yaitu beramal karena
Allah. Sedangkan amalan seorang hamba yang muqarrabin dinamakan amalan billah,
yaitu beramal dengan bantuan karunia Allah. Amal lillah menghasilkan
sekedar memperhatikan hukum zahir/yang jelas, sedang amal billah
menembus ke dalam perasaan kalbu/hati.
Pantaslah seorang ulama ahli
hikmah menasihatkan, “Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan
perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri,
bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan dan pertolongan Allah
saja.“
Allahu A’lamu bi Muradihi…