Menteri BUMN Republik Indonesia Dahlan Iskan ternyata pernah
menimba ilmu agama dan menjadi santri di Pondok Pesantren APIK Kaliwungu. Sabtu
(02/02/13) siang, Dahlan Iskan Napak Tilas mengunjungi Pondok Pesantren tempat
menuntut Ilmu agama dan bersilahturahmi dengan Pengasuh Ponpes.
Dahlan masih ingat kamar yang ditempati saat menuntut ilmu
agama di Pondok Pesantren APIK , kamar yang belum berubah saat tahun 1968
belajar ilmu agama itu menjadi saksi bisu seorang Menteri ini belajar agama
hampir setengah tahun.
|
Dahlan Iskan Sowan ke rumah KH. Solahuddin Humaidullah |
Menurut Dahlan Iskan, tidak ada yang berubah, dari Pondok Pesantren
yang kini di pimpin KH Solahudin Humaidullah ini, hanya Masjid Al-Mutaqqin yang
berada di depan Ponpes yang sudah direhab.
“Tidak ada yang berubah, kamarnya masih sama hanya lantainya
sudah keramik. Saya masih hafal betul kamar ini, dulu ditempati empat orang.
Saya menjadi santri di sini hampir 6 bulan tahun 1968,” katanya.
Kedatangan ke Ponpes APIK Kaliwungu ini, sebelumnya tidak
direncana, Dahlan teringat saat rombongan bersama sejumlah pimpinan BUMN
melintas dari Semarang dan meminta untuk berhenti dan mampir sambil napak
tilas.
|
Ngaji Kitab di Ponpes APIK Kauman Kaliwungu |
|
Ponpes Salaf APIK Kauman Kaliwungu |
Selain mengunjungi Pondok Pesantren tempat menimba ilmu,
Dahlan Iskan juga bersilahturahmi dengan Pengasuh Ponpes. Dahlan juga
berkesempatan berdialog dengan warga dan meninjau lokasi pembangunan rel ganda
di Stasiun Kaliwungu.
Sumber : www.beritakendal.com
Dahlan Iskan Tulis Surat di Kamar Ponpes Almamater
|
Dahlan Iskan saat mengunjungi Ponpes APIK
Kaliwungu. | Kompas.com/ Slamet Priyatin |
KENDAL, KOMPAS.com --
Menteri BUMN Dahlan Iskan, berkunjung ke Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, Sabtu
(2/2). Dalam kesempatan itu, Dahlan Iskan menyempatkan diri berkunjung ke
Pondok Pesantren APIK Kaliwungu, yang dipimpin oleh KH. Solahudin. Pondok Pesantren
tersebut pernah jadi tempat Dahlan menimba Ilmu Agama.
"Sekitar tahun 1968, dulu saya hampir
setengah tahun pernah mondok di sini (Ponpes APIK, red) dan menjadi santri. Tapi dulu,
Pemimpin Pondoknya orang tua KH. Solahudin," kata Dahlan Iskan.
Dahlan mengaku, di Ponpes APIK, dulu dirinya
bersama 3 santri lainnya, tidur di kamar nomor satu yang ada di pintu masuk Pondok
sebelah kanan. Di kamar itu, setiap malam Dahlan mengaji dan berdiskusi agama
dengan teman sekamar.
"Kamarnya belum berubah. Hanya sekarang
sudah ada almarinya dan ubinnya sudah diganti dengan keramik," terangnya.
Dalam kesempatan itu, Dahlan Iskan juga menulis
secarik kertas kepada penghuni kamar yang pernah ia tinggali. Dalam suratnya,
ia berpesan bahwa dirinya pernah tidur di kamar tersebut.
"Ini untuk memotivasi para santri,"
tambahnya.
Selain
mengunjungi Pondok Pesantren tempat menimba Ilmu,
Dahlan Iskan juga bersilahturahmi dengan Pengasuh Ponpes.
Dahlan juga berkesempatan berdialog dengan warga dan
meninjau lokasi Pembangunan rel ganda di Stasiun Kaliwungu,
Kendal.
Sumber :
Kompas.com
Nostalgia Dahlan Iskan di Ponpes
APIK Kaliwungu
KENDAL-Menteri
Negara BUMN Dahlan Iskan setelah melakukan kunjungan kerja ke Semarang,
menyempatkan diri mampir ke Kaliwungu, Sabtu (2/2/13). Dia bersilaturahmi
dengan Pengasuh Ponpes APIK Kaliwungu KH Solahuddin Humaidullah. Kedatangan
Dahlan Iskan bersama rombongan ke Ponpes APIK tidak direncanakan sebelumnya.
Hal itu mengejutkan KH Solahuddin. Pasalnya, pada saat yang
bersamaan, KH Solahudin tengah mengikuti pengajian di luar. Begitu menerima
informasi kedatangan Menteri BUMN, Pengasuh Ponpes APIK itu langsung pulang.
Dahlan Iskan berbincang-bincang sekitar 20 menit dengan KH Solahudin.
Setelah itu, ia menuju ke Ponpes APIK untuk bernostalgia.
Dahlan Iskan pernah menimba ilmu agama dan menjadi santri di Ponpes tersebut.
Dia masih ingat kamar yang ditempati saat menuntut ilmu agama di Ponpes APIK,
pada 1968, yang menurutnya tidak banyak berubah.
Kamar itu menjadi saksi bisu seorang Menteri ini pernah
belajar agama setengah tahun di sana. ''Tidak ada yang berubah. Kamarnya masih
sama, hanya sekarang lantainya berkeramik. Saya hafal betul kamar ini. Dulu
ditempati empat orang. Saya menjadi santri disini selama enam bulan pada tahun
1968,'' kata dia.
Dahlan Iskan juga menuliskan pesan buat penghuni kamar
tersebut saat ini yang dihuni Ahmad Faruq, Nibe Rosul Umam, dan Furqon Hakim
semuanya santri yang berasal dari Pekalongan. Namun, sewaktu Dahlan Iskan
mengunjungi bekas kamarnya, yang menempati tengah belajar ilmu agama, sehingga
dia tidak bisa bertatap muka dengan penghuninya.
Dahlan Iskan hanya menuliskan pesan di secarik kertas yang
intinya dia berkunjung ke kamar tersebut dan dulu pernah tinggal di sana.
Dahlan Iskan juga menyapa dan menyalami sejumlah warga yang ia temui di sekitar
lingkungan Pondok Pesantren tersebut.
Seusai dari Ponpes APIK Kaliwungu, Menteri BUMN
tersebut meninjau Stasiun Kaliwungu yang berjarak sekitar 500 meter dari Ponpes.
Pada kesempatan itu, Dahlan Iskan berbincang-bincang dengan sejumlah petugas
stasiun. Dia juga melihat jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta yang
berhenti di Stasiun Kaliwungu. Serta melihat sejauh mana pembangunan rel ganda
di Kaliwungu.
Sumber :
http://hariansemarangbanget.blogspot.com
Biografi Dahlan Iskan
|
Dahlan Iskan Sholawatan Bareng Habib Syech |
Dahlan Iskan (lahir tanggal 17 Agustus 1951 di
Magetan, Jawa Timur), dalam bukunya Ganti Hati ada cerita menarik tentang
tanggal kelahiranya, Dahlan Iskan menuturkan bahwa tanggal tersebut dikarang
sendiri oleh pak Dahlan karena pada waktu itu tidak ada catatan kapan
dilahirkan dan orang tuanya juga tidak ingat tanggal kelahirannya. Dan kenapa
pak Dahlan memilih tanggal 17 Agustus, karena bertepatan dengan tanggal kemerdekaan
Indonesia dan supaya mudah diingat.
Dahlan kecil dibesarkan dilingkungan pedesaan
dangan serba kekurangan, akan tetapi sangat kental akan suasana religiusnya.
Ada cerita menarik yang saya baca pada buku beliau Ganti Hati yang
menggambarkan betapa serba kekurangannya beliau ketika waktu kecil. Disitu
diceritakan Dahlan kecil hanya memiliki satu celana pendek dan satu baju, tapi
masih memiliki satu sarung!. Dan dengan joke-joke pak Dahlan yang segar beliau
menceritakan kehebatan dari sarung yang dimiliki. Disini beliau menceritakan
bahwa sarung bisa jadi apa saja. Mulai jadi alat ibadah, mencari rezeki, alat
hiburan, fashion, kesehatan sampai menjadi alat untuk menakut-nakuti.
Kalau Dahlan kecil lagi mencuci baju, sarung
bisa dikemulkan pada badan atasnya. Kalau lagi mencuci celana, sarung bisa
dijadikan bawahan. Kalau lagi cari sisa-sisa panen kedelai sawah orang kaya,
sarung itu bisa dijadikan karung. Kalau perut lagi lapar dan dirumah tidak ada
makanan, sarung bisa diikatkan erat-erat dipinggang jadilah dia pengganjal
perut yang andal. Kalau mau sholat jadilah dia benda yang penting unutk
menghadap Tuhan. Kalau lagi kedinginan, jadilah dia selimut. Kalau sarung itu
sobek masih bisa dijahit. Kalau ditempat jahitan itu robek lagi, masih bisa
ditambal. Kalau tambalanya pun robek, sarung itu belum tentu akan pensiun.
Masih bisa dirobek-robek lagi, bagian yang besar bisa digunakan sebagai sarung
bantal dan bagian yang kecil bisa dijadikan popok bayi. Ada pelajaran yang bisa
kita petik dari cerita beliau, bahwa apapun kondisi kita, baik kurang, cukup
atau lebih kita harus tetap bersyukur, sabar dan harus menikmati semuanya
dengan apa adanya.
|
Dahlan Iskan bagian dari Syechermania |
Dahlan Iskan Bersama Jawa POS
Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1
Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang
pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus
memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat
surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya, The Chung Shen
mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The Chung Shen di
bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa
Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800
eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika
usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual
Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga
orang anaknya lebih memilih tinggal di London, Inggris.
Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu
adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih
Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya
adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola
kemudian meninggal dunia pada tahun 2000.
Karir Dahlan Iskan dimulai sebagai calon
reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun
1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan
Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang. Dahlan Iskan adalah sosok
yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000
ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000
eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah
satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80
surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.
Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar
langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia
mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam
TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Sejak
akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi
Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu
di daerah Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan
diantaranya bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari
sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun
2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di
Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan
Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. Selain sebagai pemimpin
Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan Presiden Direktur dari dua Perusahaan
Pembangkit Listrik Swasta: PT Cahaya
Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai
pengganti Menteri BUMN yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu
dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN yang
menurutnya sedang pada puncak semangat untuk melakukan reformasi PLN (untuk
Catatan Dahlan Iskan pada saat menjabat sebagai Direktur Utama PLN dapat
disimak di CEO Notes, sedang
Catatan Dahlan Iskan pada saat menjabat sebagai Mentri BUMN dapat disimak di Manufacturing Hope).
Nama : Dahlan Iskan
Lahir : Magetan,
Jawa Timur, 17 Agustus 1951
Jabatan : Menteri BUMN
19 Oktober 2011 - sekarang, Chairman Jawa Pos Grup, 2000 - sekarang.
Istri : Nafsiah
Sabri
Anak : Azrul
Ananda, Isna Fitriana
Agama : Islam
Pendidikan : Fakultas Hukum
IAIN Sunan Ampel, Minout Indonesia LPPM (1979), FINNON LPPM (1980).
Karier:
1).Wartawan majalah Tempo (1976)
2).Pemimpin surat kabar Jawa Pos sejak 1982
3).Komisaris PT.Fangbian Iskan Corporindo (FIC) 2009
4).Direktur Utama Perusda PT. PWU Jatim Group (2000)
5).Komisaris pabrik kertas Adiprima Suraprinta
6).Komisaris Power Plant PT. Prima Elektrik Power di Surabaya
7).Direktur Utama Power Plant PT.Cahaya Fajar Kaltim
8).Komisaris Kaltim Elektrik Power
9).Ketua Umum Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) se-Indonesia
10).CEO Jawa Pos Group, 2000
11).Direktur Utama PLN 23 Desember 2009 - 19 Oktober 2011
12).Menteri BUMN, 19 Oktober 2011 – sekarang
Disusun Oleh Saifurroyya dari Berbagai Sumber