KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (akrab disapa Guru Sekumpul) dikenal sebagai sosok ulama besar asal Kalimantan yang masyhur dengan karomah-karomahnya. Sejak usia belia, Guru Sekumpul sudah diberikan ilmu ruhaniah yang tinggi, sehingga sudah terlihat tanda-tanda keistimewaan yang luar biasa.
Walaupun tampak tanda ruhaniahnya sejak kecil, Guru Sekumpul muda tetap fokus belajar tanpa henti. Beliau adalah pembelajar sejati, waktunya dihabiskan untuk ngaji dari satu guru menuju guru berikutnya. Guru pertama secara ruhani adalah Syaikh Ali Junayd Berau bin Qodhi H. Muhammad Amin bin Mufti H. Jamaluddin bin Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Selain itu, Guru Sekumpul juga ngaji kepada KH. Muhammad Syarwani Abdan (Guru Bangil), kemudian Guru Bangil menyerahkan kepada Kyai Hamid Pasuruan, kemudian Kyai Hamid Pasuruan menyerahkan kepada Kyai Falak, kemudian Kyai Falak menyerahkan kepada Sayyid Muhammad Amin Kutbi, kemudian Sayyid Muhammad Amin Kutbi menyerahkan kepada Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari, yang selanjutnya langsung dipimpin oleh Rasulullah saw.
Atas petunjuk Syaikh Ali Junayd Berau juga, Guru Sekumpul belajar kepada H. Muhammad (Gadung) bin H. Salman Al-Farisi bin Qodhi H. Mahmud bin Asiah binti Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari mengenai masalah Nur Muhammad. Maka dengan demikian diantara guru beliau tentang Nur Muhammad antara lain adalah H. Muhammad tersebut diatas.
Dalam usia lebih kurang 10 tahun, beliau sudah mendapat khushushiyyah dan anugerah dari Allah berupa Kasyaf Hissi, yaitu melihat dan mendengar apa-apa yang di dalam ataupun yang terdinding.
Sewaktu beliau siyahah, yaitu berjalan-jalan di hutan, maka rumput-rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk pengobatan dan sebagainya. Begitu pula batu-batuan dan besi, kesemuanya ini tidaklah beliau perhatikan dan hal-hal yang demikian itu beliau anggap hanya merupakan ujian dan cobaan.
Dalam usia kurang dari 14 tahun atau tepatnya masih duduk di kelas 1 Tsanawiyah, beliau telah dibukakan oleh Allah SWT suatu futuh tatkala membaca tafsir.
Beliau adalah seorang yang sangat mencintai para ulama dan orang-orang sholeh. Hal itu tampak ketika beliau masih kecil dimana beliau selalu menunggu di tempat yang biasanya H. ZainaL Ilmi bin Abdus Shamad Al-Banjari dalam pagar yang beliau lewati pada hari-hari tertentu ketika hendak pergi ke Banjarmasin semata-mata hendak bersalaman dan mencium tangan tuan guru H. Zainal Ilmi bin Abdus Shamad Al-Banjari dalam pagar.
Di masa remaja itupula, beliau pernah bermimpi bertemu dengan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein (keduanya cucu Rasulullah saw) yang keduanya masing-masing membawakan pakaian dan memakaikan (memasangkan) kepada beliau lengkap dengan sorban dan lainnya. Diceritakan warna pakaian itu adalah yang pink dan putih. Saat itu, beliau diberi nama oleh keduanya dengan nama Zainal Abidin.
Beliau pernah berkunjung ke rumah Kyai Hamid Pasuruan (Habib Hamid bin Abdullah Basyaiban) di Pasuruan-Jawa Timur. Saat itu, Kyai Hamid menyambut gembira kedatangan beliau.
“Gubernur Kalimantan, Gubernur Kalimantan,” demikian kata Kyai Hamid Pasuruan. Yang dimaksud Kyai Hamid adalah Wali Kutub dari Kalimantan.
Beliau adalah seorang ulama yang menghimpun antara syari’at, thoriqat, dan haqiqat, dan juga seorang yang hafiz Qur’an dan tafsirnya, yaitu tafsir Al-Qur’an Jalalain.
“Al-faqir (Guru Sekumpul-red), Guru Bangil (KH. Muhammad Syarwani bin H. Abdan) dan Guru Padang (paman beliau, yakni KH. Muhammad Semman bin H. Mulya) adalah tiga bersaudara dunia dan akhirat,” kata Guru Sekumpul suatu saat.
Guru Bangil pernah berkata kepada Guru Semman: “Kamu sama Zaini di Sekumpul, lha saya ini sendirian di Bangil.” Guru Bangil mengucapkannya sambil menangis.
Diceritakan juga, suatu hari Guru Bangil berkata kepada Guru Semman, dimana saat itu Guru Bangil sambil meletakkan dahi ke paha Guru Semman.
“Aku sebentar lagi mau pulang, aku minta doa kepada kamu,” kata Guru Bangil.
“Inggih pun guru, ulun (aku) doakan,” jawab Guru Semman.
Kemudian Guru Semman berkata kepada Guru Zaini Sekumpul.
“Setelah Guru Bangil pulang, nanti giliran aku yang pulang. Doakan akulah,” kata Guru Semman kepada Abah Guru Zaini Sekumpu.
“Inggihpun, saya doakan guru,” jawab Guru Sekumpul.
Guru Sekumpul adalah seorang ulama yang termasuk dzurriyat Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdulah Al-Banjari (Datu Kalampayan) yang menghidupkan kembali amalan-amalan serta thariqat yang diamalkan Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari. Karena itu, majelis pengajian yang beliau laksanakan, baik majelis ta’lim maupun majelis amaliyahnya (majelis maulid yang dilaksanakan rutin tiap malam senin di Musholla Ar-Raudhah Sekumpul dan Majelis Burdah yang dilaksanakan rutin tiap malam Jum’at di Musholla Ar-Raudhah Sekumpul) adalah seperti majelis Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Beliau adalah satu-satunya ulama di Kalimantan bahkan se-Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan Thariqat Sammaniyyah. Karena itu, banyak yang datang kepada beliau untuk mengambil ijazah tersebut bahkan bukan cuma ijazah Thariqat Sammaniyyah aja yang beliau ijazahkan, tapi juga ijazah Thariqat Idrisiyyah dan Thariqat Aidarussiyyah juga beliau ijazahkan kepada kita semua. Bukan saja dari Kalimantan bahkan yang datang dari Jawa dan daerah lainnya.
Penulis: Muhammad Zainuddin bin H Abdurrahman, santri Guru Sekumpul.
Sumber: bangkitmedia.com