Syekh Ahmad Rifa’i. Beliau adalah imam, panutan ahli ibadah, seorang ahli zuhud, syaikh ahli ma’rifat kepada Allah. Nama lengkap beliau adalah Abul Abbas Ahmad bin Abul Hasan Ali bin Ahmad ar Rifa’i al Maghribi. Lahir awal tahun 500H dan wafat 578H.
Beliau adalah pendiri Tarekat Rifa’iyyah. Suatu hari, Syekh Ahmad Rifa’i beserta muridnya sebanyak 12.000 orang, melakukan ibadah haji ke Baitullah dan berziarah ke makam Rasulullah SAW. Semua keperluan muridnya dalam proses haji ini ditanggung oleh Syekh Ahmad Rifa’i.
Ketika tiba di hadapan makam Rasulullah SAW, Syeikh Ahmad Rifa’i berkata:
“Assalamu’alaikum wahai kakekku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Wa’alaikumussalam wahai anakku.” Kejadian ini didengar oleh semua orang yang berada di Masjid yang saat itu mencapai sembilan puluh ribu orang.
Seketika itu tubuh Syaikh ar Rifa’i bergetar, wajahnya pucat, dan kedua kakinya pun langsung lemah lunglai. Saat beliau sudah bisa menguasai diri, beliau pun berdiri lagi berkata, “Duh, wahai kakekku.” Lalu beliau menyenandungkan sebuah bait syair:
“Ya Rasulullah, Fi Hadzatil Bu’ Di Ruhi Kuntu Ursiluha Tuqaddiluarba ‘Anni Fahayianna Ibadi Ha, Daulatul Asbah Qad Hadharat Famdhijamina Tahta Biha Syafaty”.
“Ya Rasulullah, dulu waktu aku jauh di kampungku, aku tidak bisa kesini, aku hanya kirim ruhku, kirim cintaku, aku kirim rinduku. Sekarang, badan dan ruhku sudah hadir. Ayo ulurkan tanganmu, agar aku bisa mencium tanganmu yang mulia.”
|
Makam Rasulullah |
Lalu, keluarlah tangan Rasulullah SAW dari dalam makam dan Syekh Ahmad Rifa’i segera mencium tangan yang mulia Rasulullah SAW. dan disaksikan oleh 12.000 orang muridnya. Semua melihat tangan beliau nan mulia. Saat itu yang juga hadir dan menyaksikan kejadian tersebut adalah Syaikh Abdul Qadir Jailani, Syaikh Hayat bin Qois al Harrani, Syaikh Khamis, Syaikh Adi bin Musafir asy Syami, serta masih banyak lagi masyayikh lainnya.
Kisah ini sangat masyhur ini dikisahkan banyak ulama, diantaranya Syekh Muhammad Abul-Huda ar Rifa’i ash-Shoyyadi dalam banyak kitabnya. Bahkan dia menulis kitab yang khusus membahas masalah ini. Kemudian Imam Jalaluddin as Suyuthi dalam Tanwirul Halak Fi Imkani Ru’yatin Nabi wal Malak dan Imam Ahmad al Farutsi, dan masih banyak lainnya.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!