Kitab tarikh yang akhir-akhir ini rutin saya buka adalah An-Nujumuz Zahirah karya Ibnu Taghri-burdi tentang sejarah Mesir dan Kairo. Saat sampai di tahun 99 H. saya menemukan keterangan yang artinya sebagai berikut:
Ibnu Asakir menulis: Raja Hind mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz yang isinya, “Dari Raja Hind dan Sind, raja diraja yang menjadi putra seribu raja dan membawahi putri seribu raja, raja yang kerajaannya dialiri dua sungai yang menumbuhkan kayu, kapur, dan memenuhi bendungan. Yang mana aromanya tercium sampai dua belas farsakh. (Raja) yang kombongnya adalah seribu gajah dan membawahi seribu raja lain.
Amma ba’du, sesungguhnya Allah swt. telah memberi hidayah Islam kepada saya. Utuslah seseorang yang bisa mengajarkan Islam, Al-Qur’an, dan syariat kepada saya. Dan saya mengirimkan hadiah misik, ambar, nudd, dan kapur. Maka terimalah, sesungguhnya aku saudara Islam-mu. Wassalam.”
Ketika membaca itu, saya langsung ingat paper yang dulu pernah saya baca dalam sebuah jurnal dari sejarawan Syed Q. Fatimi yang berjudul “Two Letters from Maharaja”. Dalam paper itu, SQ Fatimi mencantumkan tiga referensi sejenis dari Al-Hayawan milik Al-Jahizh, Iqdul Farid milik Ibnu Abdi Rabbih, dan karya 16 jilid milik Ibnu Taghri-burdi ini. Dalam paper itu Fatimi menyatakan sebuah hipotesis bahwa Raja Hind yang mengirim surat pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar II) adalah Raja Srivijaya (Sriwijaya). Surat tersebut oleh Ibnu Taghri-Burdi dicantumkan dalam tahun 99 H atau 717 M.
Pada tahun itu, pemimpin Kerajaan Srivijaya adalah Sri Indravarman. Maka Fatimi beranggapan bahwa Sri Indravarman telah menjadi seorang muslim (dalam surat di atas: Innama ana akhuka fil Islam).
|
Lampiran kitab An-Nujumuz Zahirah |
Menurut Fatimi, ada beberapa bukti yang diajukan untuk menjustifikasi (menguatkan) bahwa surat itu berasal dari Srivijaya.
Pertama, gelar malikul amlak (raja diraja) adalah gelar yang dipegang oleh Kerajaan Srivijaya, yakni Maharaja.
Kedua, kendaraan Maharaja Srivijaya adalah gajah. Ini bisa dibuktikan dalam penelitian arkeologis oleh Schnitger di Muara Takus yang mengatakan bahwa ada semacam pangkalan yang digunakan gajah Kerajaan Srivijaya.
Ketiga, kapur adalah endemik asli Sumatra tepatnya di Kota Barus dan sangat terkenal di masa itu.
Keempat, kedua sungai yang disebut dalam surat di atas adalah Sungai Jambi dan Musi Palembang yang menjadi ibu kota Kerajaan Srivijaya di masa itu.
Kelima, tujuh tahun setelah surat ke Umar bin Abdul Aziz atau tepatnya tahun 724 M, Sri Indravarman mengirimkan utusan dan Ts’eng-chi kepada Raja Tiongkok sebagai hadiah. Apa itu Ts’eng-chi? Ts’eng-chi diidentifikasi berasal dari kata Arab: Zanji, atau budak hitam. Maka Sri Indravarman diberi balasan hadiah berupa budak hitam oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Lalu oleh Sri Indravarman hadiah budak Zanji ini dikirim ke Tiongkok, kira-kira begitu.
Masih banyak bukti lain yang diajukan para sejarawan tentang hal ini. Wallahu A’lam
Penulis: Kholili Kholil
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!