Selepas pengajian kitab Mukhtasar Jiddan yang dilaksanakan di kediaman Kiai Afifuddin Muhajir (4/11/2019), beliau mengisahkan cerita gurunya, Kiai As’ad Syamsul Arifin ketika mondok dan berguru kepada Kiai Jazuli Tattango, Proppo Pamekasan.
Dalam kisahnya itu, Kiai Afif menuturkan bahwa Kiai As’ad pernah berguru kepada Kiai Jazuli Tattango, walau tak begitu lama. AlKisah, ketika Kiai As’ad belajar kepada Kiai Jazuli beliau diajak untuk menghadiri undangan acara Maulid Nabi menggunakan delman (dokar). Sepanjang perjalanan, tampak Kiai Jazuli begitu bahagia dan antusias. Saking bahagianya beliau sampai ketawa-ketawa. Melihat keanehan tersebut, Kiai As’ad muda bertanya dengan bahasa Madura.
“Ponapa sebab ajunan cek kasokanah? (Kenapa panjenengan begitu bahagia?)” tanya Kiai As’ad.
“Areya-areya, jukajuan bhen bhan-kebhan sateya amolod kabbi. (Ini perhatikan, kayu-kayu hingga seluruh hewan sekarang sedang bahagia melaksanakan Maulid Nabi)” jawab Kiai Jazuli
Lewat cerita Kiai Afif itu makin jelas bukti dan tanda bahwa kehadiran Nabi Muhammad adalah karunia bagi seluruh alam. Sehingga, makhluk yang tak berakal pun seperti hewan dan tetumbuhan ikut bahagia memperingati hari lahir Nabi.
Apa yang terjadi kepada Kiai Jazuli adalah perkara yang dalam ilmu tasawuf hanya bisa terjadi kepada hamba-hamba-Nya yang memiliki hati bening dan bersih. Di balik kebeningan hati itu, ia menangkap pesan bahwa seluruh benda-benda ikut berbahagia dengan hari kelahiran baginda nabi.
Memang sudah sewajarnya setiap orang merasa bahagia dengan hadirnya sosok yang kelak kita harapkan syafaatnya itu. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki berkata, “Tidak layak seseorang yang berakal bertanya “Mengapa kalian memperingati Maulid Nabi?”. Karena seolah-olah ia bertanya “Mengapa kalian bergembira dengan adanya kelahiran Nabi?”.
Lahumul fatihah..
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!