Seorang sufi besar Bisyir Al-Hafi kala itu sedang berjalan menuju suatu tempat. Di tengah derap langkah gontainya, tiba-tiba ia menemukan sebuah lembaran. Betapa terkaget ia. Ternyata dalam kertas tersebut bertuliskan asma Allah yang maha mulia, “bismillahir-rahmanir-rahim”.
Begitulah lafal yang tertera dalam lembaran yang ia temukan. Dengan penuh rasa iba, ia kantongi lembaran tersebut. Dibawanya kertas itu dengan hati-hati. Sesampainya di rumah, ia bersihkan kertas bertuliskan kalimat Allah dari debu yang menodai.
Tidak hanya itu, ia pun juga mengoleskan wewangian demi memuliakannya. Ia menaruhnya di salah satu sudut rumahnya sekira tidak mungkin terinjak oleh orang lain.
Demikianlah, ia kini merasa tenang. Lembaran mulia yang awalnya terinjak dan penuh noda, kini telah tersimpan rapi dan wangi di dalam rumahnya. Malam harinya, ia tidur dan bermimpi tak biasa. Hatif atau suara tanpa rupa, menuturkan sesuatu yang membuatnya kaget bukan terkira.
يا بشر طيبت إسمي في الدنيا طيبت إسمك في الدنيا و الأخرة
“Wahai Bisyir, engkau telah mengharumkan nama-Ku di dunia, maka Aku harumkan namamu di dunia dan di akhirat,”
Begitulah suara hatif itu seraya Bisyir kembali terjaga dari tidur lelapnya.
Subhanallah, mulai malam itu juga Bisyr diangkat menjadi kekasih Allah, waliyullah ‘Azza wa Jalla.
Wallahu A‘lam
Riwayat ini dikisahkan oleh Pengasuh Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah, KH.M. Shofi Al-Mubarok Baidlowie saat pengajian Kitab Tafsir Jalalain yang bersumber dari taushiyah Habib Ahmad Al-Habsyi, Solo.
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!