Suatu sore di pesisir pantai bangkalan, Syaikhona Kholil Bangkalan hanya ditemani oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin, salah satu santri beliau. Beliau berdua sedang berbincang-bincang tentang pengembangan pesantren dan persoalan umat Islam di daerah Madura.
Persoalan demi persoalan dibicarakan, dan tidak terasa matahari sudah hampir tenggelam. Sedangkan Syaikhona Kholil dan santrinya tersebut belum shalat Asar.
“Kita belum shalat Asar, kyai,” kata Kyai As’ad.
“Astaghfirullah….,” jawab Syaikhona Kholil menyadari kekhilafannya.
“Waktu sudah hampir habis dan kita sudah tidak mungkin bisa melakukan shalat Asar secara sempurna, kyai,” tanya Kyai As’ad.
Syaikhona Kholil pun menjawab agar Kyai As’ad Syamsul Arifin mencari kerocok. Kyai As’ad tentu heran, untuk apa kerocok itu, dan bertanyalah beliau kepada Syaikhona Kholil.
Kyai kholil hanya menjawab dengan tersenyum: “Ya, kita pakai ke Mekah.”
Setelah mendapat kerocok, Syaikhona Kholil naik ke atasnya dan diikuti oleh Kyai As’ad. Beberapa saat Syaikhona Kholil menatap ke arah barat. Dan, tiba tiba kerocok yang dinaikki beliau melesat sangat cepat dan sulit diikuti pandangan mata.
Sesampainya di Mekah, azan shalat Asar baru saja dikumandangkan. Setelah mengambil air wudhu, dua kyai besar ini segera menuju shaf pertama untuk shalat Asar berjamaah di Masjidi al-Haram. Subhanallah, semoga berkah melimpah kepada kita semua.
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!