Adalah Habib Umar bin Abdul Rahman Al-Athas, pengarang Kitab Ratibul Athas dan salah satu cicit Nabi yang sangat menghormati para tamu yang sowan kepadanya. Suatu ketika, datanglah serombongan tamu berniat sowan silaturahim. Seketika, pengarang Ratibul Athas yang masyhur ini pun memanggil salah satu khadimnya, santri pelayan di dalam rumahnya.
"Wahai fulan, pilihlah kambing terbesar dan terbaik di kandang sana. Kemudian sembelihlah untuk jamuan makan para tamu," tuturnya.
Seraya undur diri, sang khadim pun bergegas menjalankan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Beranjak ke kandang, memilih kambing terbaik, kemudian segera menyembelihnya.
Namun, nahas menimpanya. Ternyata si kambing gagah nan gemuk itu tak sejinak yang ia bayangkan. Ketika sebilah golok ingin disayatkan di lehernya. Kambing itu berontak menarik-narik tali kekang sekuat tenaga. Akhirnya kambing itu pun mati sia-sia terlilit tali kekang tanpa berhasil disembelih sesuai syariat.
Khadim itu pun kemudian mengadu sambil tergugup kepada sang habib. Kemudian pengarang Ratibul Athas ini pun sejenak termenung dan menitikan air mata. Kegundahan khadim pun semakin menjadi. Setelah alpa dalam menyembelih kambing terbaik milik gurunya, ia kembali merasa bersalah atas tangisan gurunya.
|
Makam Habib Umar Al-Athas |
Ia kemudian berniat untuk mencarikan ganti kambing terbaik itu. Namun sang guru mencegahnya dan berkata:
"Wahai muridku, tahukah engkau apa yang aku sedihkan? Sekali-kali tidaklah aku menangis karena aku kehilangan kambing terbaikku. Aku merenung dan mencoba menerapkannya pada kehidupan kita. Coba engkau pikirkan. Selama ini, kambing terbaik itu terlihat baik-baik saja. Bahkan ia terhitung jinak nan menyenangkan hati dengan makan dan minum sangat lahap. Namun, ternyata Allah menakdirkannya untuk mati dalam keadaan su'ul khatimah (sia-sia), akhir yang buruk. Ia mati menjadi bangkai yang haram dimakan.
Lantas, bagaimana dengan keadaan kita. Kita bisa saja berakhir nahas layaknya kambing itu. Menemui ajal dan berakhir dengan buruk. Maka, tiadalah Dzat yang dapat menolong kita kecuali Allah Ta'ala. Oleh karenanya, tetaplah engkau membiasakan berbuat baik. Hingga suatu ketika, jika engkau sewaktu-waktu dipanggil menuju kehadirat-Nya, mudah-mudahan dalam keadaan husnul khatimah, akhir yang baik."
Seketika hening, sedang para murid tertunduk malu.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!