Suatu hari Rasulullah SAW pernah bercerita sederhana kepada para sahabatnya bahwa pada zaman dahulu ada seorang nabi yang menghentikan perjalanannya karena letih. Ia kemudian berteduh di bawah sebuah pohon. Di bawah pohon itu seekor semut malang menggigitnya.
Di bawah pengaruh letih, nabi tersebut marah bukan kepalang. Ia memerintahkan pendampingnya untuk mencari semut malang tersebut. Pengejaran berhasil. Pendampingnya berhasil mengeluarkan semut tersebut dari dalam sarang sebelum ia kemudian membakar sarangnya.
Nabi tersebut atas tindakan berlebihannya itu ditegur oleh Allah SWT. Ia dipersalahkan karena telah berbuat melampaui batas atas semut malang tersebut. Cerita ini dapat ditemukan dalam hadits riwayat Sunan Abu Dawud sebagai berikut:
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bercerita bahwa salah seorang nabi di zaman dahulu pernah singgah di bawah sebuah pohon. Di sana ia digigit oleh semut. Lalu ia memerintahkan untuk mencari semut tersebut. Semut itu dikeluarkan dari sarangnya, lalu ia memerintahkan untuk membakar sarangnya. Allah setelah itu menegur, ‘Mengapa kau tidak membunuh seekor semut saja?’” (HR. Abu Dawud).
Cerita serupa juga dapat ditemukan pada riwayat Imam Bukhari. Pada riwayat tersebut, Allah menegur nabi yang membalas semut malang secara berlebihan. Allah menyayangkan pembakaran atas sekelompok semut atas kesalahan seekor semut belaka. Allah pada riwayat ini juga menyebut semut sebagai hewan yang bertasbih:
“Dari Abu Salamah, Abu Hurairah ra. mengatakan bahwa Rasulullah SAW bercerita bahwa suatu ketika seekor semut mengigit seorang nabi. Ia kemudian memerintahkan untuk mendatangi pemukiman semut, lalu pemukiman itu dibakar. Allah menegurnya, ‘Seekor semut menggigitmu, tapi kamu membakar satu umat (sekelompok semut) yang kerjanya bertasbih?’.” (HR. Bukhari)
Cerita sederhana Rasulullah SAW ini memberikan pelajaran penting kepada para sahabatnya agar mereka sebagai umat Islam bersikap adil dalam membalas atau menjatuhkan hukuman.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!