Pada suatu malam Habib Husein bin Abu Bakar Luar Batang dikejutkan oleh kedatangan seorang keturunan Tionghoa bernama Ne Bok Seng yang berlari padanya karena dikejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyub ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.
Keesokan harinya datanglah pasukan tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut, sambil berkata: “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”
Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya ia memeluk Islam.
Pada suatu hari, Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa Ne Bok Seng yang telah berubah nama menjadi Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Disaat mereka beristirahat lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.
Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.
Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia dipercaya (diangkat) menjadi Gubernur Batavia.
Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein bahwa kelak akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Diwasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan, ia diminta agar membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.
Akhirnya, Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya, Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut. Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya selalu dibuang ke laut. Dijawab oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.
Gubernur Batavia itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkanlah penyelam untuk mencari karung uang yang dibuang ke laut, walhasil tak satu keping uang pun diketemukan. Selanjutnya, Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.
Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang sama.
Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya: “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur Batavia itu sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di kampung baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.
|
Makam Habib Luar Batang |
Habib Husein telah dipanggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang.
Sebagaimana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan kurung batang (keranda). Ternyata sesampainya di pekuburan jenazah Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya jenazah Habib Husein kembali berada di tempat tinggal semula. Dalam bahasa lain jenazah Habib Husein keluar dari kurung batang, pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud, namun demikian jenazah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula.
Akhirnya, para pengantar jenazah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat yang merupakan tempat tinggalnya sendiri. Kemudian orang menyebutnya, “Kampung Baru Luar Batang” dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar Batang”.
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!