Syaikhona Kholil Bangkalan selalu mempunyai cara unik dalam mendidik santri-santrinya. Setiap orang berbeda dengan yang lain. Demikian juga yang dialami Mbah Maksum Lasem ketika hendak nyantri ke Bangkalan.
Saat itu usia Mbah Maksum muda sekitar 20-an. Waktu itu, Mbah Maksum muda telah keliling untuk ngaji kepada para kiai di berbagai pesantren di Jawa, seperti Kiai Nawawi Jepara, Kiai Abdussalam Kajen Pati, Kiai Idris Jamseran Solo, dan Kiai Dimyati Tremas Pacitan. Terasa tidak sempurna kalau belum ngaji kepada Syaikhona Kholil di Bangkalan.
Sebelum kedatangan Mbah Maksum muda, Syaikhona Kholil memerintah santrinya untuk membuat kurungan ayam jago.
“Tolong aku dibuatkan kurungan ayam jago. Besok akan ada ayam jago dari tanah Jawa yang datang ke sini.”
Para santri hanya bisa sam’an wa tho’atan, karena Syaikhona Kholil selalu memberikan ilmu sangat berharga dalam setiap perintah dan gerak hidupnya. Tentu saja para santri bertanya-tanya, siapakah gerangan jago dari tanah Jawa itu.
Saat Mbah Maksum muda datang di Bangkalan, sesuai dengan perintah Syaikhona Kholil, maka dibawalah Mbah Maksum muda untuk masuk dalam kurungan ayam jago. Mbah Maksum muda hanya bisa manut, karena itu adalah perintah guru mulia yang sangat dihormati. Para santri akhirnya juga paham bahwa ayam jago dari tanah Jawa itu adalah sosok anak muda bernama Maksum dari Lasem Jawa Tengah.
|
Mbah Maksum Lasem |
Selama di Bangkalan, Syaikhona Kholil memerintahkan Mbah Maksum muda untuk mengajar kitab Alfiyah selama 40 hari. Yang penuh keanehan, proses pembelajaran yang dilakukan Mbah Maksum muda berada di sebuah kamar tanpa lampu, sedangkan para santri berada di luar.
Mbah Maksum muda hanya 3 bulan ngaji di Bangkalan. Ketika hendak pulang, Syaikhona Kholil memanggilnya dan didoakan dengan doa sapu jagad. Lalu, saat Mbah Maksum muda melangkah pergi beberapa meter, dia dipanggil lagi oleh Syaikhona Kholil dan didoakan dengan doa yang sama. Hal ini terjadi berulang hingga 17 kali.
Dalam jejak hidupnya, Mbah Maksum muda akhirnya melanjutkan belajar di Mekah kepada Syekh Mahfudz al-Turmusi dari Termas Pacitan.
Itulah sosok Mbah Maksum muda yang penuh teladan sejak masa belajarnya. Nama aslinya adalah Muhammadun, diperkirakan lahir sekitar tahun 1870. Ayahnya bernama Ahmad, seorang saudagar. Dari jalur ayahnya, beliau masih punya hubungan darah dengan Sultan Minangkabau, dan silsilahnya bersambung hingga ke Rasulullah.
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!