Hari ketiga kediaman almaghfurlah KH. Maimoen Zubair tak henti-hentinya dipadati para santri dan masyarakat untuk ikut mendoakan Mbah Moen yang wafat Selasa (6/8) di Makkah Al-Mukarramah, tak terkecuali KH. Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus).
Meski dengan raut wajah kehilangan dan sesekali menitihkan air mata, dalam kesempatan itu Gus Mus berkesempatan memberikan cerita di hadapan ribuan masyarakat yang hadir dalam rangka Yasinan dan tahlil bersama yang digelar di pondok pesantren Al-Anwar di Desa Karang Mangu Kecamatan Sarang.
Menurut Gus Mus, Kiai Maimoen merupakan sosok yang di cintai oleh Allah SWT yang patut kita contoh dan teladani bersama.
Meskipuan ia sudah memiliki rasa was-was ketika mendapatkan cerita dari Kiai Nawawi Suyuti yang menjadi utusan putra-putra Mbah Maimoen untuk sowan matur mencegah agar tidak berangkat haji tahun ini.
Namun sebelum selesai mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya, Mbah Moen sudah memotong pembicaraan Kiai Nawawi dan spontan menegaskan jika harus tetap naik haji tahun ini.
“Saya kaget sejak hari Selasa sampai sekarang ketika mendengar kabar KH. Maimoen kapundut. Meskipun saya sudah gak enak sejak Kiai Nawawi Suyuti bercerita kepada saya, ketika sowan Mbah Maimoen sebagai utusan putra-putranya untuk mencegah Mbah Moen tidak berangkat Haji tahun ini. Baru setengah matur, Mbah Moen sudah memotong pembicaraan. “Arep ngongkon ora berangkat yo, karepe dewe,” kata Mbah Moen mengutip pembicaraan Gus Mus.
Menurut Pengasuh Pesantren Raudlatut Tholibien, Leteh, Rembang itu, jika Allah SWT mencintai seorang hamba-Nya, maka Allah akan mengutus Malaikat Jibril untuk mencintainya. Begitu juga dengan Malaikat Jibril akan menyampaikan hal tersebut kepada seluruh malaikat yang ada di alam semesta ini. Gus Mus menyebut contoh nyata makhluk yang dicintai Allah adalah Mbah Maimoen.
"Siapa yang tidak cinta Mbah Moen, bukan hanya santri, politisi, non-muslim sampai mengadakan doa di gereja-gereja. Sampai ada yang berebut untuk mendoakan Mbah Moen di Ma’la. Padahal tradisi NU itu yang mendoakan orang meninggal semua kalangan. Sampai ada yang bertengkar he he," ujarnya.
Gus Mus heran, Allah kalau menyintai seorang hamba-Nya, akan mengutus Malaikat Jibril untuk mencintai orang tersebut. Jibril juga akan bilang dengan malaikat yang lain jika allah mencintai orang tersebut. Setelah itu orang-orang di seluruh dunia akan mencintai orang tersebut, contohnya Mbah Maimoen.
"Padahal orang yang bertengkar itu gak tau kalau tradisi NU itu didoakan orang banyak. Kalau dalil dari atas seperti itu, maka alam akan mencintainya,” kata Gus Mus.
Bahkan di tengah-tengah bercerita ulama yang juga budayawan itu tak sungkan menangis dan mengusap air matanya yang menunjukkan ulama besar PBNU itu merasakan kesedihan yang tak berkesudahan.
Dijelaskan, yang patut diteladani tak hanya ilmunya, tindak-tanduknya atau sikapnya, tetapi kepeduliannya kepada umat ini yang harus kita contoh.
“Bukan hanya ilmu, tetapi akhlak, tindak-tanduk, dan kepedulian kepada umat. Kalau orang pintar banyak, tetapi yang peduli kepada siapa saja, bisa njenengan lihat. Sampean bisa lihat tanya sama putra-putranya kenapa Mbah Moen di PPP ini karena Mbah Moen kasian kala itu gak ada kiainya di partai PPP. Padahal Mbah Moen dicintai siapa saja,” ujarnya.
Selain alim, Lanjut Gus Mus, Mbah Moen juga bisa dikatakan memiliki daya ingat yang sangat cemerlang melebihi manusia yang sudah mencapai umur pada umumnya. Sampai usia ke 90 tahun Mbah Moen masih bisa menceritakan silsilah keluarga Mbah Bisri mulai dari Rembang sampai dengan yang ada di Madura.
“Kalau dulu saya ingin mendengar sejarah saya mulai dari Rembang sampai dengan Madura, itu Mbah Moen bisa menceritakan semua dengan detail,” beber Gus Mus.
Terakhir kali Gus Mus mengaku ketemu dengan Mbah Moen saat putra tertuanya Gus Ubab mantu. Kala itu Mbah Moen meminta doa kepada Gus Mus agar diberikan husnul khotimah, dimakamkan di tanah suci, dan berkumpul dengan orang-orang yang mulia saat meninggal.
“Saya terakhir bertemu dengan Mbah Moen pas putrane Mbah Moen Gus Ubab mantu. Saya kaget setiap ketemu saya Mbah Moen selalu minta doa supaya husnul khotimah, bisa dimakamkan di tanah suci, berkumpul dengan orang mulia," jelas Gus Mus yang hadir ke kediaman Mbah Moen dibonceng santrinya naik motor karena terjebak kemacetan di sekitar lokasi.
Disampaikan, sampean yang hadir d rumah Mbah Moen tidak bisa meminta, karena itu pemberian dari Allah. Kalau yang masih muda berusaha menyerap akhlak yang luar biasa dari Mbah Moen.
"Saya diceritani orang, ada orang sowan dengan suara keras, padahal kalau njenengan dengar lak kudu nempeleng to, kalau Mbah Moen tidak. Ini yang harus kita contoh,” cerita Gus Mus.
Gus Mus menegaskan, Mbah Maimoen adalah seorang wali. Karena ada dua ciri wali yang ada di Mbah Moen, yang pertama ‘alim dan istiqomah. Selain itu ciri wali yang lain adalah tidak pernah ditaklukkan oleh rasa takut duniawi dan tidak pernah memiliki rasa susah.
“Kita kan tidak tau kalau Mbah Moen itu wali dari berbagai sudut. Karena alimnya dan istiqomah. Saya berani bilang Mbah Moen wali karena saya tau ciri-ciri wali, yang pertama tidak pernah takluk dengan rasa takut. Tidak pernah susah, pasti gembira, sampean tau Mbah moen pernah susah, pasti sumringah. Anda juga bisa seperti Mbah Moen sampean sudah punya satu, yang pertama sampean harus percaya tidak ada Tuhan selain Allah sampean sudah punya itu, tinggal satu yaitu istiqomah," bebernya.
"Sekarang tinggal Anda bisa istiqomah seperti Mbah Moen gak, peduli, mengajar, kepada sesama selama 90 tahun,” imbuh Gus Mus.
Diceritakan, Mbah Moen sampai datang berceramah ke tempat yang tidak ada listriknya, sampai dengan istana. Bagi siapa saja Mbah Moen itu sama. Mulai calon presiden sampai orang biasa dihadapi sebagai tamu tidak dibedakan. Kok bisa seperti itu gimana caranya, nah itu bisa, yang sulit itu istiqomah. Sambil sesekali meneteskan air mata.
"Orang Indonesia kehilangan aset bangsa," tegasnya.
Gus Mus sedikit lega, karena kepulangan Mbah Moen setelah acara besar bangsa Indonesia rampung, yaitu pilpres. Itu tugas beliau sudah rampung semua.
Sumber: Situs PBNU