Diceritakan, setiap hari Nabi Sulaiman duduk-duduk di serambi masjid sambil menunggu dan mencari orang-orang miskin yang datang ke masjid. Jika Nabi Sulaiman melihat orang miskin, ia langsung duduk menemani si orang miskin tersebut seraya berkata, “Saya orang miskin sepertimu, ayo kita ngobrol-ngobrol”. Begitulah kerendahan hati atau sikap tawadhu’nya Nabi Sulaiman.
Diriwayatkan pula, Nabi Sulaiman memiliki pasukan kuda yang hebat. Suatu hari, Nabi Sulaiman dan pasukan kudanya melewati sebuah daerah. Ditengah-tengah perjalanan itu, ada rombongan semut yang melewati jalan yang akan dilalui oleh pasukan kudanya Nabi Sulaiman. Seketika itu, ketua rombongan semut mengumumkan sebagaimana disebutkan dalam surah An-Naml ayat 18, “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”.
Setelah mendengar pengumuman ketua semut tadi, Nabi Sulaiman hanya tersenyum dan takjub terhadap sikap kepemimpinan ketua semut tersebut. Si ketua semut tidak mau anak buahnya mati terinjak-injak oleh pasukan kudanya Nabi Sulaiman. Lalu Nabi Sulaiman pun dengan bijak memerintahkan pasukan kudanya untuk berbalik arah. Nabi Sulaiman menyuruh pasukan kudanya untuk melewati jalan yang lain saja agar tidak menginjak-injak rombongan semut yang akan lewat jalan yang sama.
Akhirnya, ketua semut tersebut berterima kasih kepada Nabi Sulaiman. Karena, dengan sikap bijaknya Nabi Sulaiman rombongan semut bisa terselamatkan dari injakan pasukan kuda. Si ketua semut pun bernadzar, jika memang Nabi Sulaiman benar-benar utusan Allah pasti tidak akan menolak hadiah darinya. Si ketua semut membawa sebiji gula yang akan diberikan kepada Nabi Sulaiman.
Kemudian ia memanjat tubuh Nabi Sulaiman dengan membawa satu biji gula. Setelah sampai di mulut Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman pun menjulurkan lidahnya untuk menerima hadiah sebiji gula itu dari ketua semut tersebut. Saat memakan sebiji gula itu, Nabi Sulaiman menangis disebabkan kekagumannya pada semut yang tahu berterima kasih atau bersyukur. Dari situlah, ketua semut tahu bahwa Nabi Sulaiman benar-benar utusan Allah karena mau menerima hadiah yang nilainya kecil di mata manusia tetapi besar di mata semut.
Hikmah dari kisah itu, bahwa sekecil apapun sesuatu yang diberikan seseorang harus disyukuri atau diterima dengan baik. Karena barangkali hadiah yang kecil nilainya menurut si penerima, itu sesuatu yang sangat besar nilainya menurut si pemberi. Jadi, jangan sekali-kali meremehkan pemberian orang lain, barangkali hal itu merupakan sarana kita dalam mensyukuri nikmat Allah.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Disarikan dari ceramah KH. Baha’uddin Nursalim (Gus Baha’) di akun youtube
ADS HERE !!!