Orang-orang yang berpengaruh pada diri Pangeran Diponegoro, diantaranya; nenek buyutnya (istri Sultan HB ke-1), neneknya (istri Sultan HB ke-2), ibunya (RA. Mangkorowati/istri Sultan HB ke-3), Kyai Muhammad Bahwi, Kyai Badaruddin, dan Syekh Abdul Ahmad bin Abdullah al-Anshari alias Ahmad Anshar Syarif (cucu menantu Sultan HB ke-1).
Suatu hari, Pangeran Diponegoro sedang duduk-duduk di dekat kolam, datanglah adiknya, yaitu Sultan HB ke-4, bersama kedua putranya, yaitu Pangeran Suryobronto dan Pangeran Suryowijoyo. Adiknya kangen ingin bertemu Pangeran Diponegoro. Suasananya begitu kekeluargaan walaupun dalam keadaan perang. Walaupun sebagai Pangeran, Pangeran Diponegoro tetap menjalankan hidup sebagai manusia biasa, beliau sangat sayang pada adik-adiknya termasuk Sultan HB ke-4. Adiknya juga sangat menghormati dan berbakti pada Pangeran Diponegoro sebagai kakaknya.
Sungguh jauh kehidupan Pangeran Diponegoro dari kehidupan bermewah-mewahan dan berfoya-foya sambil menikmati warisan orang tuanya. Pangeran Diponegoro memberi kepercayaan kepada adik-adiknya termasuk Sultan HB ke-4, dan Pangeran Diponegoro tidak membiarkan saja adiknya dalam menjalankan pemerintahan. Apabila adiknya itu memiliki masalah, ia tidak lupa berkonsultasi dengan kakaknya, Pangeran Diponegoro.
Saat Pangeran Diponegoro berkelana dari satu tempat menyepi ke tempat lain dengan menggunakan nama Abdurrahim. Jika Pangeran Diponegoro sedang gelisah dalam menghadapi masalah, beliau lalu menyepi ke suatu tempat, apabila kegelisahan hati itu hilang berkat petunjuk Allah, beliau pun pulang.
Suatu waktu, Pangeran Diponegoro berada di sebuah goa Kamal, setelah hatinya sudah tentram tiba-tiba muncullah seorang pria yang tubuhnya diselimuti cahaya. Pangeran Diponegoro tidak bisa berkata-kata dan berbuat apa-apa ketika melihat pria tersebut. Pangeran Diponegoro hanya bisa memandang dan menatap sosok pria itu. Pria itu diyakini oleh Pangeran Diponegoro adalah Sunan Kalijaga. Kemudian sosok pria itu berkata, “Wahai Abdurrahim, ketahuilah bahwa dirimu sudah ditentukan oleh takdir akan menjadi seorang pemimpin tetapi itu hanya sesaat”. Lalu hilanglah sosok pria itu dan Pangeran Diponegoro menyesali karena tidak sempat mengucap salam hormat pada sosok pria tersebut.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Disarikan dari penjelasan Roni Sodewo (Keturunan Pangeran Diponegoro)
Sumber: Babad Diponegoro karya Pangeran Diponegoro yang ditulis dengan tulisan Arab Pegon
ADS HERE !!!