Setia itu sama dengan mau berkomitmen atas pilihannya. Entah itu pekerjaan, benda maupun pasangan. Lalu bagaimana para Istri Nabi yang dikenal akan kesetiannya? Dalam kisah nabi-nabi banyak keteladanan yang dapat kita ambil kebaikannya. Tentu untuk dipelajari di kehidupan saat ini berdasarkan pengalaman beliau-beliau. Kisah tersebut umumnya hanya mengambil keteladanan dari sang Nabi. Seperti yang kita ketahui, baik dari cerita kakek nenek maupun buku cerita dua puluh lima Nabi, mendengar kisah salah satu dari ke dua puluh lima Nabi salah satunya kisah Nabi Ayyub.
Dikisahkan, beliau adalah Nabi yang sangat taat beribadah kepada Allah swt. dan memiliki banyak harta serta kekayaan lain, beserta beberapa anak dan beberapa istri. Namun bukan setan namanya kalau tidak mengganggu manusia. Setan kemudian meminta izin kepada Allah swt. untuk menggoda Nabi Ayyub yang begitu taat kepada Allah swt. Atas izin Allah setan menggoda Nabi Ayyub dengan menebarkan penyakit kepada Nabi Ayyub. Hingga dalam sekejap Nabi Ayyub mengidap penyakit kulit yang amat parah. Kekayaannya lenyap seketika karena ditimpa musibah.
Para putra-putrinya dan beberapa istrinya meninggalkan Nabi Ayyub. Namun beliau tetap tegar dan terus beribadah kepada Allah swt. meski penyakitnya semakin parah, hal tersebut tidak membuat Nabi Ayyub surut dalam beribadah. Setan yang tidak terima melihat Nabi Ayyub tetap taat kepada Allah swt., dia terus menggoda dan menggoda. Tetapi Nabi Ayyub selalu mendekatkan diri pada Allah swt., hanya salah satu istrinya yang masih setia, yaitu Siti Rahmah.
Siti Rahmah dalam keadaan apapun Nabi Ayyub, beliau tetap setia menemani suaminya. Saking taatnya, beliau rela kerja banting tulang. Dikisahkan, Siti Rahmah bekerja di sebuah toko roti. Pada suatu ketika sang bos roti mengetahui bahwa Siti Rahmah adalah istri Nabi Ayyub. Takut penyakit sang suami mempengaruhi kualitas rotinya. Dipecatlah ia. Namun untuk memenuhi kebutuhan hidup, Siti Rahmah menjual gelungan rambutnya yang sangat indah. Saking sabarnya pula Nabi Ayyub, Allah kemudian berikan ia kesembuhan beserta kejayaan kembali.
Singkat cerita diatas menunjukkan betapa setianya Siti Rahmah sebagai seorang istri. Meski dalam keadaan apapun, ia tetap rela dan tidak sambat seperti sebagian perempuan di zaman sekarang. Yah memang di banyak cerita, perceraian disebabkan oleh perekonomian. Istilahnya habis manis sepah di buang. Memang tidak mudah rasanya bertahan pada sesuatu yang begitu berat dalam hidup. Dan kesetiaan memang mahal.
Setia disini konteksnya bukan saja pada sepasang kekasih halal. Tetapi setia bisa juga komitmen. Setia pada pilihanmu saat ini. Seperti, jika sudah memilih merantau ke kota orang. Di kota itu kamu menghadapi berbagai suka duka dan terasa berat hingga rasanya mau enyah dan menyerah tapi ingat perjuangan orang tua. Maka belajarlah untuk setia. Belajarlah untuk melihat sisi positif apa yang sudah menjadi pilihan. Setia diiringi juga dengan rasa sabar. Dimana perlu sabar yang banyak, dan siapa yang sabar maka dia akan beruntung.
Sabar dulu, sabar lagi, sabar terus. Dan bertahanlah jika kamu memang golongan orang-orang yang setia. Siti Rahmah tetap sabar meski saat itu Nabi Ayyub semakin parah penyakitnya. Mengapa beliau tidak jijik dan pergi? Karena beliau itu setia dan sabar. Yah. Anggap saja kesetianmu saat ini pada pilihan merantau di kota orang juga sebagai pembelajaran bagaimana “setia” itu sebenarnya. Bagaimana Nantinya kita setia pada pilihan hidup selanjutnya, hidup setelah merantau, kemudian memilih setia pada pasangan hidup yang kelak diinginkan satu untuk selamanya. Marilah kita sama-sama untuk belajar setia.
Wallahu A’lam
Sumber: tebuireng.online
ADS HERE !!!