Pada saat Pangeran Diponegoro masih mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain, dari satu masjid ke masjid lain, dan dari satu hutan ke hutan lain. Beberapa kali Pangeran Diponegoro mengalami pengalaman spiritual sekaligus misterius. Diantaranya; Pangeran Diponegoro bertemu Ratu Pantai Selatan di goa Langse, bertemu Sunan Kalijaga di Parangkusumo, dan bertemu Ratu Adil di gunung Rosowuni (gunung Permoni).
Dalam pengembaraannya, Pangeran Diponegoro melalui hutan-hutan dan bukit-bukit. Saat merasa lelah dan capai, Pangeran Diponegoro tidur di sembarang tempat.
Selanjutnya Pangeran Diponegoro berangkat menuju masjid Pajimatan di Imogiri untuk melaksanakan shalat Jum’at. Para juru kunci Imogiri dan masyarakat terkejut melihat kedatangan Pangeran Diponegoro. Walaupun Pangeran Diponegoro memakai pakaian yang sangat sederhana, tetapi mereka masih mengenali sosok Pangeran Diponegoro. Dan mereka yang sama-sama akan melaksanakan shalat Jum’at pun merubungi dan berebut menyalami Pangeran Diponegoro.
Selesai melaksanakan shalat Jum’at, mereka menjamu Pangeran Diponegoro dengan hidangan-hidangan sederhana apapun yang mereka miliki. Pada akhirnya, Pangeran Diponegoro bermalam di masjid Pajimatan, Imogiri. Perlu diketahui, Pangeran Diponegoro adalah sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya dan Pangeran Diponegoro tidak mau mengecewakan apa yang mereka hidangkan. Malam harinya Pangeran Diponegoro bercengkrama dan beramah-tamah santai dengan mereka.
Pada pagi harinya, Pangeran Diponegoro meninggalkan Imogiri menuju goa Siluman dan bermalam di goa itu. Selanjutnya, Pangeran Diponegoro meneruskan pengembaraan menuju goa Sigala-gala (Sigolo-golo). Di goa ini Pangeran Diponegoro bertafakur selama 2 hari 2 malam.
Pada paginya, Pangeran Diponegoro melanjutkan pengembaraan melalui perbukitan hingga akhirnya sampai di tepi pantai, tepatnya di goa Langse yang berhalaman laut selatan yang luas. Di goa inilah Pangeran Diponegoro bertemu dengan Ratu Pantai Selatan (Ratu Laut Kidul). Pangeran Diponegoro bertafakur di goa ini selama setengah bulan.
Dari goa Langse, Pangeran Diponegoro meneruskan pengembaraan menuju pantai Parangtitis dan Parangkusumo. Di pantai Parangkusumo inilah, Pangeran Diponegoro bertemu dengan Sunan Kalijaga, dan Sunan Kalijaga memberi beberapa nasihat.
|
Bukit Rosowuni |
Perlu diketahui, pada setiap bulan Ramadhan Pangeran Diponegoro sering bertafakur di goa Secang (goa Selarong) selama sebulan penuh. Diceritakan, saat Pangeran Diponegoro sedang duduk-duduk di batu besar (watu gilang) tepatnya di sebelah timur goa Selarong. Disitu digambarkan pemandangannya sangat indah dengan air tejun dan sendang (telaga) yang airnya jernih serta di halaman goa ada gerbang, yaitu dua pohon gebang yang menjulang sangat tinggi.
Pada saat itu suasananya sangat sejuk, sehingga saat duduk-duduk di batu besar tersebut Pangeran Diponegoro merasa mengantuk. Tiba-tiba duduklah seseorang di hadapan Pangeran Diponegoro, kedatangannya secara mendadak dan tiba-tiba dengan diikuti oleh semilir angin yang kencang. Orang tersebut berbusana seperti memakai kain ihram (saat ibadah haji/umrah).
Kemudian Pangeran Diponegoro bertanya dengan lembut, “Engkau orang dari mana?”. “Saya tidak punya rumah” jawab orang itu. Orang itu lalu menjelaskan bahwa ia ditugaskan Ratu Adil untuk memanggil Pangeran Diponegoro. Menurutnya, Pangeran Diponegoro ditunggu kedatangannya tanpa membawa teman di puncak gunung Rosowuni (gunung Permoni), yang arahnya di sebelah tenggara goa Selarong.
Selanjutnya, Pangeran Diponegoro bersama orang tersebut berangkat menuju gunung Rosowuni. Saat sampai di kaki gunung, atas kehendak Allah tiba-tiba orang itu menghilang. Ternyata, yang dimaksud Ratu Adil itu sudah berdiri di puncak gunung Rosowuni. Adapun Pangeran Diponegoro masih tetap berdiri di kaki gunung Rosowuni. Sosok Ratu Adil itu menurut Pangeran Diponegoro, tubuhnya bercahaya dengan bersurban hijau, berjubah dan celana putih dan selendang berwarna merah. Sosok itu menghadap kiblat.
Pangeran Diponegoro menceritakan, puncak gunung Rosowuni sangat bersih seperti habis disapu. Kemudian Ratu Adil itu berkata, “Wahai Abdul Hamid, aku perintahkan engkau datang, sebab akan aku berikan semua bala tentaraku dan selalu berpeganglah pada Al-Qur’an”. Pangeran Diponegoro menjawab, “Saya tidak berani berperang, saya tidak sanggup melihat korban perang, saya tidak mau menjadi penyebab kematian, lebih-lebih saya sudah banyak berbuat dosa pada sesama, saya belum sempat berbuat baik kepada sesama, dan saya bukan siapa-siapa”. Ratu Adil berkata, “Tidak, engkau harus bisa, sudah menjadi takdir bahwa yang akan memberi perubahan di tanah Jawa adalah dirimu”. Suara itu seperti gemuruh longsornya tanah dari atas bukit, lalu mendadak semuanya hilang begitu saja. Tiba-tiba Pangeran Diponegoro sudah berada di puncak gunung Rosowuni seperti sosok Ratu Adil berdiri dengan menghadap kiblat.
Saat Pangeran Diponegoro menoleh ke arah laut selatan, menggelegarlah suara di sana seperti meletusnya gunung dengan berwarna merah. Suaranya begitu gemuruh sehingga ada para pengikut Pangeran Diponegoro yang berada di goa Selarong begitu takut. Lalu ada pengikut yang bernama Putut Lowo lari terbirit-birit mencari Pangeran Diponegoro.
Kemudian setelah bulan Ramadhan berakhir, berangkatlah Pangeran Diponegoro menuju Tegalrejo. Setelah tinggal menetap di Tegalrejo, masalah-masalah mulai muncul di Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Disarikan dari penjelasan Roni Sodewo (Keturunan Pangeran Diponegoro)
Sumber: Babad Diponegoro karya Pangeran Diponegoro yang ditulis dengan tulisan Arab Pegon