Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengajarkan, “Bajumu akan memuliakanmu sebelum engkau duduk, sedangkan ilmumu akan memuliakanmu setelah engkau duduk.”
Seorang kiai yang sangat alim dari Kudus yang juga salah satu pendiri NU, yakni Kiai Raden Asnawi berkeinginan membuktikan kebenaran ucapan Imam Ali tersebut. Suatu saat beliau bertandang ke rumah salah seorang pemilik perusahaan rokok di kota itu. Ia bernama Turaikhan. Kiai Asnawi mendatangi rumah Turaikhan dengan pakaian biasa layaknya orang umum, tidak berpakaian yang seperti biasa beliau pakai.
Saat sampai di sana beliau ditemui oleh seorang pembantu. Kepada pembantu itu beliau minta bertemu dengan sang juragan, Turaikhan. Maka sang pembantu masuk untuk menyampaikan keinginan tamunya. Sementara Kiai Asnawi duduk menunggu di ruang tamu. Namun hingga sekian lama sang pemilik rumah belum juga keluar. Maka Kiai Asnawi bangkit dan segera pulang.
Tak berapa lama kemudian beliau kembali mendatangi rumah Turaikhan. Kali ini beliau berpakaian rapi dan mewah; berjas dengan rantai kecil menghias di dadanya. Beliau juga mengendarai seekor kuda yang besar dan gagah. Saat itu kuda adalah tunggangan kalangan papan atas.
Sesampainya di depan rumah Turaikhan, Kiai Asnawi tak segera turun. Sementara pemilik rumah yang mendengar ada suara kuda di depan rumahnya segera beranjak keluar untuk menyambut tamunya. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui yang datang seorang kiai besar yang sangat dihormati. Maka dengan segera dan penuh senang hati Turaikhan mempersilakan Kiai Asnawi untuk masuk rumah.
|
Makam KH.R. Asnawi (sebelum direnovasi) |
Namun di luar dugaan Kiai Asnawi menolak seraya berkata, “Aku tak mau, aku mau pulang saja. Tadi aku datang ke rumahmu dengan pakaian biasa ditemui seorang pembantu dan aku menunggumu lama tak segera keluar. Kini setelah aku berpakaian seperti ini dan menunggang kuda engkau segera keluar menemuiku. Tidak, aku tak mau. Engkau tidak menyambut dan menghormatiku, engkau hanya menyambut dan menghormati kudaku.”
Diceritakan oleh KH. Subhan Makmun dalam kajian kitab “Tafsir Munir”
Penulis: Muhammad Alfatih Sukardi, Alumnus Pesantren Sarang Rembang
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!