Bertemu dengan seorang alumni yang kebetulan dulu sering ngaji di Abahku (Abah Hud Babakan Cirebon), selain itu dia juga ternyata sering bantu-bantu Abahku ketika ada tamu, ya meski Abah sering meladeni tamunya sendiri, entah bikin minum atau memberikan makanan kecil untuk para tamu, tapi salah satu alumni itu ternyata juga sering bantu-bantu di rumah.
“Sampean ketika itu masih mondok kang, di Jawa Timur itu, saya tahu kisah ini, ya karena saya ada di situ,” dia mengawali bercerita.
Dan aku akan menuliskan kisah pendek ini karena saya ketika bertemu beberapa kali dengan dia, dia berulang menceritakan tentang satu cerita apa yang dia tahu tentang Abahku dengan seorang pejabat penting Intelijen Negara, dan dengan hal itu aku berkesimpulan: dia bercerita asli, alias tidak bohong.
|
Kiai Hud bin Yahya (Abah Hud) |
Begini…
Entah ada acara apa atau karena keperluan apa, tiba-tiba Bapak Sutiyoso yang ketika itu masih menjadi pejabat super penting Negara, datang dan menghadap Abah.
Seperti biasanya, tidak ada sambutan yang spesial untuk beliau. Duduk lesehan di karpet agak kusam, kue seadanya, minuman juga teh manis seperti kebanyakan tamu lainnya.
Setelah beberapa saat yang tidak begitu lama, yah..karena Abahku bukanlah tipe orang yang berlama-lama dalam ngobrol, ketika beliau sudah selesai dengan keperluan kepada Abah, tiba-tiba sang pejabat mengambil dan menyerahkan kunci mobil yang diparkir di depan rumah.
“Bah…itu di depan rumah, saya sedang memakai/membawa mobil jenis jip Rubicon spesial, bentuknya bagus, kokoh dan enak dibawa ke medan/daerah apapun, sebagai standard keamanan pejabat khusus, mobil itupun kacanya sudah memakai kaca anti peluru/tahan tembak. Ini.. kuncinya, silahkan Abah ambil dan pakai buat Abah..”
Abah hanya diam kemudian tersenyum sederhana.
Pejabat itu mengulangi apa yang diucap kepada Abah.
Abah hanya diam, tapi salah seorang yang hadir di situ berucap: “Bah..ambil saja!”
“Hush…” Abah berisyarat singkat.
Setelah beberapa saat, Abah mendorong kunci yang sudah ada di hadapan beliau lalu menyerahkan kembali ke pejabat tersebut.
Sang pejabat terdiam agak lama.
Karena dirasa cukup, sang pejabat itu pun berpamitan dan undur diri.
Ikhlas seperti Abah itu tidak mudah.
Kamu Sanggup?
Penulis: Olip Yahya, Cirebon.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!