Pada Jum’at Kliwon (07/10/2016), KH. Abdullah Sa’ad hadir dalam acara ngaji Kliwonan Habib Luthfi bin Yahya di Gedung Kanzus Shalawat, Pekalongan, seperti biasanya. Kiai Sa’ad menceritakan apa yang terjadi ketika berada pas di belakang Abah Luthfi usai pengajian.
Sambil menerima ribuan para jamaah yang sedang antri bersalaman, Abah Luthfi yang posisi duduk di kursi ngaji di dalam gedung Kanzus, beliau melirik ke Kiai Sa’ad agar memperhatikan seorang pengemis yang duduk jongkok di pintu masuk gedung paling ujung.
Kiai Sa’ad hanya memperhatikan. Dan memang melihat laki-laki berpenampilan pengemis yang sedang jongkok dan merokok tersebut. “Yang kamu lihat kemarin, itulah Nabi Khidir,” dawuh Habib Luthfi kepada Kiai Sa’ad, sehari kemudian, di ndalem beliau.
Betapa kagetnya kiai asal Solo tersebut. Dalam batinnya, kalau saja Abah Luthfi memberitahu saat masih di TKP, ia akan beranjak salaman kepada pengemis itu. Dalam hati, ia mengaku kalau tampilan pengemis yang saat itu hadir Kliwonan tidak seperti pengemis yang biasa dilihat.
“Saya sudah bertahun-tahun ikut Kliwonan, tentu kenal dengan wajah dan pakaian pengemis yang biasa ikut, tapi ketika itu, saya memang heran dengan pengemis itu karena lain daripada yang lain,” ujar Kiai Sa’ad, di tengah menghadiri acara pengajian di Ponpes Darul Arafah, Keciput, Belitung, Babel, Sabtu (19/11/2016) malam.
Cerita Kiai Sa’ad tersebut ternyata dibenarkan oleh beberapa jamaah. Bahkan, salah satu sumber yang juga putra angkat Abah Luthfi menyebutkan kalau setiap acara Kliwonan, Kanjeng Nabi Muhammad saw. dan Waliyullah Nabi Khidir selalu hadir. Cuma, hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui dan bahkan diajak ngobrol atau ngopi tanpa kenal identitas.
Banyak para wali Allah yang, menurut salah satu sumber, selalu hadir memberikan keberkahan bagi setiap jamaah yang hadir ikut Kliwonan Kanzus Shalawat sejak diadakan tahun 1996 silam itu. Para auliya datang karena Kanjeng Nabi yang rawuh.
Ciri Nabi tidak rawuh di Kliwonan, kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya tersebut, adalah ketika doa tawassul yang dibaca Abah Luthfi tidak selengkap seperti biasanya. Dalam kliwonan, sebelum dzikir bersama dalam bentuk tahlilan khas, beliau mengajak jamaah untuk membacakan Al-Fatihah kepada nama-nama besar, terutama keluarga Nabi dan para sahabat, sebagai bentuk tawassul.
Ketika doa tahlil yang dibacakan lebih panjang dari biasanya, itu kadang juga pertanda. Dulu, ketika ada jamaah Habib Luthfi kecelakaan di sebuah tol wilayah Semarang, tahlilan yang dibacakan sangat panjang sekali. Jamaah yang memiliki nalar spiritual tinggi, bisa merasakan itu.
Karena itulah, orang-orang yang mengetahui fadhilah Kliwonan, dari sudut manapun dia tinggal, akan selalu hadir. Bahasa jawanya, “ngesot yo dilakoni”. Tapi bagi yang hanya niat ingin mendapatkan kemuliaan duniawi, ia mungkin saja akan mendapatkan apa yang diinginkan, tapi lebih mulia jika ngaji hanya untuk ngaji dan ikhlas lillai ta’ala. Insyallah berkah, selamat dunia, sentosa akhirat. Bukankah itu tujuan kita semua?
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!