Ali Basya Abdul Kamil adalah saudara tua Sentot Prawirodirjo sekaligus anak menantu Pangeran Diponegoro. Ia juga seorang panglima perang yang gagah berani. Pangeran Diponegoro menceritakan, saat peperangan melawan Belanda terjadi, dada Ali Basya Abdul Kamil terkena tembakan meriam. Dengan gagahnya, ia tetap melanjutkan peperangan hingga dadanya terus mengucurkan darah dan ia pun kehabisan darah karena muntah darah.
Sampai akhirnya, saat ia sudah tak sadarkan diri (pingsan), ia pun dibawa menuju markas pasukan Pangeran Diponegoro di daerah Sambiroto. Dan kedatangan Ali Basya disambut tangisan kesedihan oleh keluarga serta istrinya. Lalu Pangeran Diponegoro memegang kepala Ali Basya yang saat itu sedang pingsan, dan Ali Basya membuka matanya. Itulah terakhir kalinya Ali Basya membuka matanya dan tersenyum kepada Pangeran Diponegoro. Setelah itu, ia pingsan lagi dan terus-menerus muntah darah.
Diceritakan dalam Babad Diponegoro, bahwa muntahan darah Ali Basya berbau wangi, lalu pada malam harinya Ali Basya wafat. Kemudian jenazah dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan setelah itu jenazah diinapkan di Mushola selama satu malam. Malam itu juga tidak ada yang tidur, bahkan Pangeran Diponegoro duduk di sebelahnya hanya terhalang oleh anyaman bambu (gedhek).
|
Makam Sentot Prawirodirjo (adik Ali Basya Abdul Kamil) |
Pada pagi harinya, jenazah dibawa ke pemakaman di bukit Sambiroto. Diceritakan, saat jenazah dikebumikan, hujan turun dengan derasnya. Menurut Kyai Mojo, bahwa alam pun menangis kehilangan seorang syuhada’.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Disarikan dari penjelasan Roni Sodewo (Keturunan Pangeran Diponegoro)
Sumber: Babad Diponegoro karya Pangeran Diponegoro yang ditulis deangan tulisan Arab Pegon
ADS HERE !!!