Muktamar NU ke -29 tanggal 1-5 Desember 1994 di Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat bisa dibilang Muktamar yang paling menegangkan dan terpanas dalam sejarah Muktamar NU, pada Muktamar tersebut merupakan puncak terjadinya kezaliman rezim orde baru terhadap NU, NU dan sosok Gus Dur dipandang oleh Soeharto sebagai ganjalan, ancaman yang membahayakan akan segala niat jahat Soeharto dan sangat ditakuti Soeharto, maka dengan kekuasaannya, Soeharto menginginkan agar Gus Dur tumbang.
Segala daya upaya Soeharto dengan rezimnya melakukan usaha -usaha untuk menjegal Gus Dur kembali menjadi Ketua Umum PBNU, mula-mula Soeharto mendorong tokoh NU yang sudah berada di Golkar Chalid Mawardi, namun ternyata Chalid Mawardi tidak mendapat respon positif dari peserta Muktamar, maka Soeharta selanjutnya mengajukan Abu Hasan orang yang tidak jelas garis ke -NU- annya.
Menurut penuturan KH.A.CH Syaifuddin Zuhri beliau menceritakan pada saat Muktamar Cipasung ketika ada jamuan makan di rumah KH. Ilyas Ruhyat, Mbah Lim sempat marah-marah kepada Chalid Mawardi, Mbah Lim melempar piring ke arah muka Chalid Mawardi yang notabene orang NU yang aktif di Golkar.
KH.A.CH Syaifuddin Zuhri yang akrab dipanggil Gus Zuhri merupakan putra Mbah Lim yang saat itu mendampingi sekaligus menjadi penjelas dawuh-dawuh (ucapan-ucapan) Mbah Lim juga menuturkan saat kejadian di puncak muktamar pada waktu penghitungan suara, di mana perolehan suara Gus Dur tertinggal terus dengan perolehan suara Abu Hasan, para Kyai pendukung Gus Dur sudah mulai gundah gulana dan pasrah, mereka pada mulai meninggalkan arena Muktamar dengan raut muka yang sangat sedih.
Pada saat itulah ada sekelompok pemuda romli (rombongan liar) muktamar menghampiri Mbah Lim yang tetap setia berada di arena muktamar, mereka berkata ke Mbah Lim “Mbah, pripun niki Gus Dur mau kalah”, (Mbah, bagaimana ini Gus Dur mau kalah). “Wis rasah kakehan polah, ayo ndungo bareng, nangekke Mbah Hasyim”, (Sudah, jangan banyak tingkah ayo berdoa bersama membangunkan Mbah Hasyim) sahut Mbah Lim.
Mbah Lim pun segera mengajak berdoa bersama, setelah membaca basmalah, syahadat dan shalawat bersama, sekelompok pemuda tadi mengikuti perkataan Mbah Lim selanjutnya.
“Mbah Hasyim, Mbah Hasyim, yen kowe ora lilo kuburanmu diuyuhi uwong! Tangio, tangio, ewangono putumu ben menang, alfatekhah…!” (Mbah Hasyim, Mbah Hasyim, kalau kamu tidak rela kuburanmu dikencingi orang! Bangun, bangun, bantu cucumu biar menang!)
Subhanalloh Allahu akbar lalu apa yang terjadi setelah Mbah Lim berdoa…? perolehan suara Gus Dur langsung mengejar perolehan suara Abu Hasan dan akhirnya Gus Dur unggul (menang), menyingkirkan rival bonekanya Soeharto, Abu Hasan.
|
Gus Dur dan Mbah Lim (tak berpeci) |
Selain itu Gus Zuhri menambahkan cerita lain tentang Mbah Lim, saat Gus Dur dihantarkan Mbah Lim ziarah ke Makam Mbah Hasyim Asy’ari di Jombang sekitar tahun 1983, pada saat itu Mbah Lim membawa 10 map yang di dalamnya terdapat tulisan Mbah Lim.
Sesampai di makam Mbah Hasyim, Mbah Lim berkata ke Gus Dur (yang merupakan isi tulisan yang ada di dalam map):
“Gus, Gus, kowe ojo ngaku putune Mbah Hasyim yen ora iso ngatur negoro iki”, (Gus, Gus, kamu jangan mengaku cucunya Mbah Hasyim kalau tidak bisa mengatur negara ini)
Selanjutnya 9 map dikasihkan ke Gus Dur dan 1 map di arsip oleh Mbah Lim.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1984 di Muktamar ke 27 di Situbondo Gus Dur terpilih menjadi Ketua Umum PBNU dengan khittah NU nya. Gus Dur diminta Mbah Lim memimpin NU hingga 3 periode untuk mengawal Khittah NU agar semakin jelas.
Menurut Gus Zuhri, “Mbah Lim itu selalu berada di belakang untuk membela Gus Dur tetapi Mbah Lim juga tidak segan-segan untuk mengingatkan Gus Dur bila dipandang salah/keliru”.
Kisah tersebut menjadi sejarah penting yang terkadang banyak orang belum mengetahui bahwa Mbah Lim mempunyai peran penting dibalik perjalanan hidup Gus Dur dalam mengurus NU dan bangsa ini. Semoga kita bisa meneladani pelajaran-pelajaran penting dari para sosok kekasih Allah swt. tersebut. Lahumul fatihah.
Narasumber: KH.A.CH Syaifuddin Zuhri (Putra Mbah Lim)
Sumber: bangkitmedia.com