KH. As’ad Syamsul Arifin adalah sosok fenomenal dalam sejarah berdirinya NU. Kiai As’ad menjadi kurir Syaikhona Kholil Bangkalan dalam menyampaikan petunjuk kepada Hadratusysyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Tebuireng, Jombang.
Tahun 1984, Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo yang diasuh Kiai As’ad mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah Muktamar ke-27 NU. Sebagai tuan rumah muktamar, tentu saja sarana dan prasarana pesantren menjadi kebutuhan penting dalam rangka melayani tamu/muktamirin dari berbagai penjuru Nusantara.
Tahun 1983, setahun sebelum acara Muktamar, ada seorang pejabat orde baru yang dekat dengan Presiden Soeharto datang secara sembunyi-sembunyi ke Situbondo. Pejabat ini mengamati kondisi pesantren dengan seksama, karena Presiden Soeharto dijadwalkan akan hadir dalam acara muktamar ini. Ada satu hal yang sangat janggal, yakni rumah kediaman Kiai As’ad yang sangat sederhana dan masih berupa bangunan tua.
Pejabat ini bermaksud memberikan bantuan kepada Kiai As’ad dalam merenovasi rumah kediamannya, sehingga nanti kelihatan layak menyambut para peserta muktamar dan para pejabat.
Dengan penuh senyum, Kiai As’ad kemudian menjawab: “Sampaikan kepada Pak Harto, rumah saya ini sudah terlalu bagus. Saya malu sama Rasulullah SAW.”
|
Kiai As'ad dan Presiden Soeharto |
Kisah ini disampaikan oleh salah satu santri Kiai As’ad, yakni KH. Zainullah Johar yang sekarang menjadi Pengasuh Pesantren Miftahul Ulum Pandian Banyuputih Situbondo.
Semoga dengan berkah perjuangan Kiai As’ad, kita semua bisa meneladani gerak langkahnya untuk NU dan Indonesia. Amiiiin…
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!