Suatu hari, Pangeran Diponegoro sedang duduk termenung dan gelisah, tiba-tiba paman beliau (Pangeran Mangkubumi) menghampiri dan bertanya:
“Apa yang kamu pikirkan dan apa yang membuat dirimu menjadi bersedih?”
“Saya takut apabila apa yang saya lakukan ini adalah sesuatu yang menyimpang dari Al-Qur’an.” jawab Pangeran Diponegoro
“Lalu apa yang kamu inginkan, wahai anakku?” tanya paman beliau
“Carikan saya orang yang paham tentang isi Al-Qur’an supaya apa yang saya lakukan ini tidak menyimpang dari Al-Qur’an” sahut Pangeran Diponegoro
“Orang yang seperti apa yang kamu cari, apakah yang sudah tua atau yang masih muda”. jawab paman beliau
“Siapa yang tua, siapa yang muda” tanya Pangeran Diponegoro
“Yang tua adalah Kyai Kwaron, yang muda adalah Kyai Mojo” jelas paman beliau
Kwaron adalah nama sebuah tempat di daerah Muntilan, Magelang. Kyai Kwaron adalah ulama sepuh dan penulis kitab tentang Al-Qur’an yang berasal dari Kwaron. Sedangkan Kyai Mojo adalah ulama muda yang berasal dari daerah Mojo, Pajang, Sragen.
“Lebih baik dua-duanya” pinta Pangeran Diponegoro
Kemudian didatangkanlah dua ulama yang berbeda usia tersebut ke hadapan Pangeran Diponegoro di markas besarnya di goa Selarong.
|
Makam Kyai Mojo dan para pengikutnya |
Diceritakan dalam Babad Diponegoro, Kyai Kwaron adalah sosok ulama sepuh, bahkan saat peperangan Kyai Kwaron harus digendong dari satu wilayah ke wilayah lain. Kyai Kwaron gugur saat berperang di daerah Selarong.
Kyai Kwaron adalah ulama ahli Al-Qur’an yang setia mendampingi Pangeran Diponegoro. Beliau juga memberi nasihat dan pertimbangan kepada setiap keputusan-keputusan yang diambil oleh Pangeran Diponegoro. Karena Pangeran Diponegoro membutuhkan pendapat dan nasihatnya agar apa yang dilakukannya tidak menyimpang dari Al-Qur’an.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Disarikan dari penjelasan Roni Sodewo (Keturunan Pangeran Diponegoro)
Sumber: Babad Diponegoro karya Pangeran Diponegoro yang ditulis deangan tulisan Arab Pegon
ADS HERE !!!