Pada suatu hari, Mbah Abdullah Salam (Mbah Dullah) diminta ngisi pengajian sehabis Jum’atan di Desa Margoyoso (sekitar 3 km dari Kajen Pati). Biasanya beliau menyewa dokar untuk mengantar ke tempat pengajian.
Selesai menyampaikan pengajian Mbah Dullah pamit, dan saat itu panitia memberi amplop kepada Mbah Dullah seraya mengatakan: “Mbah, ini ongkos untuk naik dokar.”
Jarang-jarang Mbah Dullah menerima amplop dari ceramah pengajian. Namun saat itu panitia dengan bahasa kinayah memberikan bisyaroh kepada Mbah Dullah, dan beliau menerimanya. Setelah naik dokar, Mbah Dullah memberikan amplop itu kepada pak kusir dokar, yang bernama Pak Gampang.
Kontan saja pak Gampang heran seraya mengatakan: “Kok amplopnya tebal mbah, terlalu banyak buat saya.”
“Betul itu buat sampeyan, tadi panitia bilang, ini untuk ongkos naik dokar mbah,” Mbah Dullah menjawab.
|
Mbah Abdullah Salam (bersurban) |
Hikmah: Begitu wira’i dan menghindari syubhat, Mbah Dullah tidak kerso menerima bisyaroh dari panitia, meskipun itu haknya, hanya karena panitia ketika menyerahkan menggunakan bahasa kinayah. Jarang sekali sekarang kita mendapati sosok alim, hafidz dan wira’i seperti Mbah Dullah.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!