Majelis Kliwonan Kanzus Sholawat Kota Pekalongan Jawa Tengah yang berlangsung setiap Jum’at Kliwon tak berlangsung seperti biasanya seperti dzikir dan tausiyah tunggal dari pimpinan majelis, yakni Habib Luthfi bin Yahya.
Namun yang terjadi pada Jum’at Kliwon (19/7) kemarin ada beberapa tamu istimewa dari kawasan Timur Tengah yakni Syekh Adnan Al-Afyouni dari Suriah, Syekh Muhammad Ash-Shuhumi dari Libya, Syekh Riyadh Bazu dari Libanon, dan Syekh Aziz Al-Idrisi dari Maroko hadir secara khusus ke Pekalongan Jawa Tengah menemui Rais 'Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya di Majelis Kliwonan Kanzus Sholawat.
Kehadiran keempat tokoh asal Timur Tengah ke Pekalongan sebagai bentuk dukungan atas telah lahirnya organisasi Ulama Sufi Internasional pada gelaran Multaqo Sufi Internasional tanggal 8-10 April 2019 lalu di Pekalongan Jawa Tengah.
Menurut Syekh Adnan, satu hal yang menarik dari organisasi kelas dunia ini adalah bahwa pimpinan tertinggi organisasi internasional tersebut adalah Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Rais 'Aam JATMAN, dan berkantor pusat di Indonesia.
"Mengapa memilih Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dan Indonesia sebagai pemeran utamanya? karena para masyayikh dan mufti memilihnya berdasarkan isyarah ilahiyah dan isyarah minar Rasul saw., sehingga pilihan itu sangat tepat," ujar Syech Adnan.
Baca: Habib Luthfi Mendapat Pesan Dari Nabi
Di samping itu lanjutnya, juga karena melihat kebesaran negeri tercinta Indonesia, keagungan bangsanya serta keberhasilan JATMAN dan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam mengembangkan thariqah, dakwah, dan perjuangannya di Nusantara.
Atas keberhasilan tersebut Syekh Adnan dan rombongan yang diwakili Syekh Muhammad As-Shuhumi menyerahkan kenang-kenangan dan perhargaan dari para tamu tersebut kepada Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
|
Habib Luthfi ditunjuk menjadi Pemimpin Ulama Sufi Sedunia |
Usai menerima hadiah, Habib Luthfi mengatakan, berat rasanya amanat yang diberikan kepada dirinya secara khusus. Pasalnya, hadiah itu menuntut tanggung jawab bukan kebanggaan.
"Hadiah yang saya terima menuntut adanya tanggung jawab, bukan yang menimbulkan kesombongan, karena titel atau karena penghargaan. Tapi ini semuanya adalah mas’ul inda hadhratil Musthafa Rasulullah saw.," tandasnya.
Dikatakan, apakah kita ini menjadi cucu Nabi yang memalukan atau tidak. Maka dari itu semuanya ini semata-mata fadhal (anugerah) dari Allah swt. yang hakekatnya dirinya secara pribadi malu rasanya untuk menerima itu semuanya.
"Karena itu, dengan segala kekurangan-kekurangan apa yang ada pada diri saya, maka saya hanya mohon doa, amanat yang besar khususnya dalam dunia ini, khususnya untuk Indonesia tercinta. Semoga Indonesia menjadi matahari untuk umat sedunia dalam percontohan perdamaian yang bisa membawa satu negara yang melahirkan generasi rahmatan lil ‘alamin sepanjang masa yang tidak pernah putus," pinta Habib Luthfi.
Disampaikan Habib Luthfi bahwa doa dari Bapak Ibu yang hadir untuk dirinya yang selalu diharapkan terutama panjang umur, kesehatan, dan dijauhkan dari segala cobaan dan pujian-pujian yang akan merusak diri kami atau kebencian-kebencian yang akan menjerumuskan diri kami, karena pujian atau kebencian, la naf’an wa la dhorro sama sekali, hanyalah ilahi anta maqshudi wa ridhoka mathlubi.
"Allahumma la tatrukna ‘an hidayatuka thorfata ‘ain. Itu doa saya, semoga Allah tidak akan meninggalkan kami sekejap mata pun serta taufik wal hidayah-Nya," ungkapnya mengakhiri majelis Kliwonan.
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!