Dalam suatu peperangan tentu tidak lepas dari keajaiban atau sesuatu yang datang diluar nalar. Perlu diketahui, bahwa para prajurit Pangeran Diponegoro juga memiliki keistimewaan dalam melakukan peperangan karena ketabahan dan keikhlasan mereka dalam membela tanah air dan agamanya.
Di dalam Babad Diponegoro disebutkan, bahwa pada waktu Pangeran Diponegoro sedang berada di dalam lingkungan Kraton Yogyakarta tepatnya di dalam benteng Keraton, tiba-tiba tentara Belanda menggempur Pangeran Diponegoro dengan tembakan-tembakan senjata hingga Kraton diliputi asap tebal. Perlu diketahui, pada saat itu setiap senjata dinyalakan pasti mengeluarkan asap.
Saat pertempuran hebat, Pangeran Diponegoro dihujani oleh tembakan-tembakan senjata di lorong Kraton sehingga suasana semakin gelap dan mencekam. Akan tetapi tembakan-tembakan senjata yang mengarah ke tubuh Pangeran Diponegoro ibarat seperti ditawuri pasir. Pangeran Diponegoro mengatakan ini adalah kehendak Allah, beliau tidak mengatakan ini adalah kesaktian ataupun kekebalan.
Pangeran Diponegoro juga bercerita, saat beliau sedang naik kuda tiba-tiba beliau terkena granat kecil di dadanya tetapi granat kecil itu mental (memantul) ke arah penuntun kuda dan justru penuntun kuda-lah yang terluka.
Diceritakan oleh Residen Manado saat Pangeran Diponegoro menjalani pengasingan di daerah Manado. Pada waktu itu, Residen Manado menceritakan cuaca begitu panas sehingga saat ia duduk bersama Pangeran Diponegoro, Pangeran Diponegoro membuka bajunya dan ia melihat tidak ada luka sedikit pun di tubuh Pangeran Diponegoro. Dengan kejadian itu, Residen Manado menyimpulkan bahwa Pangeran Diponegoro benar-benar sakti, dan betul apa yang dikatakan De Kock (Jenderal Belanda) bahwa Pangeran Diponegoro adalah manusia yang terbuat dari besi.
|
Ilustrasi Peperangan Pangeran Diponegoro |
Pangeran Diponegoro juga menceritakan saat beliau berada di wilayah Klaten, Pangeran Diponegoro mengalami luka tembak dan ini yang membuat Pangeran Diponegoro terpukul dan malu pada dirinya sendiri.
Pangeran Diponegoro menceritakan, saat di dalam sebuah pertempuran beliau berada dalam suasana yang sangat sulit bahkan kudanya pun sulit dikendalikan. Saat Pangeran Diponegoro bersama Sentot Prawirodirjo dalam sebuah pertempuran, Pangeran Diponegoro berkata, “Hai Sentot, janganlah ragu-ragu walaupun pertempuran berkecamuk hebat”, saat berkata seperti itu tiba-tiba sebuah peluru menghujam dada Pangeran Diponegoro hingga beliau agak terjengkang dan peluru tersebut pecah berkeping-keping hingga darah mengucur dari dadanya.
Pada saat Pangeran Diponegoro melihat baju perangnya berlumuran darah tiba-tiba beliau teringat istrinya, apa yang akan terjadi nantinya jika beliau gugur di medan perang ini. Pangeran Diponegoro akan sangat malu jika beliau kalah dalam perang, beliau pun tertunduk lalu terus berjalan kemudian diingatkan oleh penuntun kuda bahwa baju perangnya sudah berlumuran darah.
Selanjutnya, kuda kesayangan Pangeran Diponegoro seolah-olah mengetahui perasaan malu tuannya itu sehingga ia berlari kencang membawa tuannya dengan tidak melalui jalan seperti biasanya tetapi menerobos melalui kebun-kebun dan hutan-hutan menuju suatu tempat.
Dalam Babad Diponegoro, Pangeran Diponegoro tidak pernah mengatakan bahwa beliau sakti ataupun kebal, akan tetapi beliau selalu mengatakan bahwa itu semua adalah kehendak Allah. Kehendak Allah itu datang karena beliau selalu berserah diri kepada Allah dan ikhlas melakukan hanya kepada Sang Pencipta.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Disarikan dari penjelasan Roni Sodewo (Keturunan Pangeran Diponegoro)
Sumber: Babad Diponegoro karya Pangeran Diponegoro yang ditulis dengan tulisan Arab Pegon
ADS HERE !!!