Sebagaimana diketahui, bahwa pasukan Belanda terdiri dari tentara Belanda dan orang-orang pribumi yang bersekutu dengan Belanda. Tentara Belanda memakai senjata modern berupa; pistol, senapan, meriam, granat dan lain-lain. Sedangkan orang-orang pribumi yang bersekutu dengan Belanda memakai persenjataan tradisional berupa; tombak, keris, pedang dan lain-lain.
Pangeran Diponegoro sebagai pemimpin perang memiliki beberapa senjata tradisional berupa; keris, pedang, tombak dan lain-lain. Terkadang Pangeran Diponegoro meminjami senjata miliknya kepada para panglima atau pasukan khusus untuk bertugas dalam memerangi pasukan Belanda. Baik peperangan terbuka maupun peperangan sembunyi-sembunyi (pasukan penyusup).
Diceritakan, saat di wilayah Sidatan, Temon, Kulonprogo, Pangeran Diponegoro menyuruh pasukan khusus untuk menyusup ke dalam kamp-kamp militer yang disinggahi pasukan Belanda. Pasukan khusus itu berisi 5 orang, yaitu; Sadiko, Gadingan, Asnawi, Jayeng Magodo, dan Sabuk Lumpang. Mereka berlima dibekali tombak oleh Pangeran Diponegoro. Sadiko dibekali tombak yang bernama Kyai Ronggodewi, Gadingan dibekali tombak Kyai Badu. Asnawi dibekali tombak Kyai Plered, Jayeng Magodo dibekali tombak Kyai Dipoyono, Sabuk Lumpang dibekali tombak Kyai Batang (Kyai Mayat).
Di wilayah itu, Pangeran Diponegoro menugaskan pasukan khusus tersebut untuk menyusup ke kamp-kamp militer Belanda. Pangeran Diponegoro menyuruh mereka agar bergerak saat malam tiba, mereka disuruh merayap dan menyusup pelan-pelan melalui kebun-kebun ke arah kamp-kamp militer Belanda. Setelah mereka berhasil menyusup, mereka pun bergabung dengan pasukan Belanda yang berasal dari pribumi bahkan mereka bisa duduk-duduk bersama pasukan Belanda di dekat api unggun sambil menunggu kesempatan datang.
|
Tombak Pangeran Diponegoro |
Selanjutnya, Sadiko sebagai pimpinan pasukan khusus sudah memberi tanda untuk tidak menyerang duluan. Sampai menjelang sahur tiba (sebelum Subuh), ada seorang kapten dan mayor Belanda keluar dari pintu kamp militer Belanda, keduanya pun langsung disambut dengan tusukan tombak oleh pasukan khusus Pangeran Diponegoro. Setelah dua orang Belanda ini jatuh tersungkur, barulah terjadi kegaduhan sampai-sampai seorang letnan keluar dari kamp militer Belanda. Dan pasukan khusus Pangeran Diponegoro ini langsung dikepung oleh pasukan Belanda, namun Asnawi sempat mengayunkan tombaknya hingga membunuh letnan itu. Akhirnya, kelima pasukan khusus Pangeran Diponegoro lolos dari kepungan dan kejaran pasukan Belanda.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Disarikan dari penjelasan Roni Sodewo (Keturunan Pangeran Diponegoro)
Sumber: Babad Diponegoro karya Pangeran Diponegoro yang ditulis dengan tulisan Arab Pegon
ADS HERE !!!