Di tengah kondisi bangsa yang rumit saat itu, Presiden Soekarno mengutus ajudannya datang kepada Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad Bogor untuk datang ke Istana Negara. Habib Alwi sosok ulama besar ahli hadits yang masyhur saat itu. Beliau adalah murid kesayangan Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas (Keramat Empang Bogor).
Bung Karno ingin berdiskusi dan mendengarkan banyak nasehat dari Habib Alwi. Awalnya, Habib Alwi menolak datang ke Istana Negara, tapi Bung Karno terus mengirim ajudannya agar Habib Alwi bersedia datang. Akhirnya, Habib Alwi bersedia memenuhi permintaan Bung Karno.
Saat di Istana Negara, Bung Karno menceritakan kondisi bangsa yang lagi menghadapi berbagai masalah berat dan memohon Habib Alwi agar bersedia mendoakannya. Habib Alwi akhirnya berjanji akan mendoakannya. Selang beberapa hari dari pertemuan itu, tanpa diduga selesailah semua masalah Bung Karno di luar kemampuan dirinya. Soekarno sangat yakin bahwa ini berkat doanya Habib Alwi.
Soekarno kemudian mengutus lagi ajudannya kepada Habib Alwi untuk mengucapkan terima kasih dan memberi hadiah.
“Katakanlah apapun yang Habib Alwi mau, saya akan memenuhinya.” pesan Bung Karno.
“Benar apapun permintaan saya akan dipenuhi?” jawab Habib Alwi.
“Benar, wahai Habib.” jawab ajudan
“Tolong Presiden jangan memanggil lagi saya ke istana, jika ada perlu lagi, utus saja ajudan Presiden ke rumah saya agar tidak mengganggu waktu ibadah saya.” jelas Habib Alwi
Mendengar jawaban itu, Bung Karno merasa takjub dan semakin menaruh hormat kepada Habib Alwi.
Begitulah pelajaran berharga dari sosok Bung Karno dan Habib Alwi. Sebagai penguasa, Bung Karno selalu konsultasi dengan ulama sehingga jalan hidup berbangsa dan bernegara tetap berada dalam koridor yang benar. Sedangkan Habib Alwi selalu setia menjaga bangsa dan negara, tapi untuk menjaga ilmu dan ibadah maka beliau tidak mau berdekatan dengan penguasa.
Penguasalah yang harus selalu rajin datang kepada ulama.
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!