Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Zadul Ma’ad mengatakan, kalimat “lâ ilâha illallâh” adalah kalimat super. Demi kalimat ini, Allah membuat surga. Bagi yang menolak kalimah ini, orang akan masuk neraka. Padahal sebagaimana kita tahu, kedalaman neraka ukurannya adalah apabila ada batu dilemparkan masuk ke dalam, 70 tahun kemudian batu tersebut baru sampai pada dasar neraka paling bawah, saking dalamnya.
Untuk mengenal dan menerima konsep “lâ ilâha illallâh”, manusia butuh tempat untuk berlatih. Dengan begitu, Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam latihannya, Allah menciptakan rasul untuk mengajari para manusia. Semuanya demi kalimat “lâ ilâha illallâh”. Apabila ada orang kafir selama 70 tahun kemudian membaca “lâ ilâha illallâh”, semua kekafirannya dihilangkan.
Terdapat cerita tentang keagungan kalimat tauhid yang dibaca oleh Kiai Syarbini. Kiai Syarbini merupakan wali besar seperti Syaikhona Kholil asal Bangkalan, Madura. Syaikhona Kholil mempunyai kebiasaan, jika sedang menalkin orang meninggal, ia selalu berpesan bahwa bila nanti ditanya malaikat Munkar Nakir, jawablah “ikut rombongannya Mbah Kholil.” Sesimpel demikian. Sikap Kiai Syarbini juga tidak jauh berbeda dari Syaikhona Kholil.
Jadwal Kiai Syarbini yang padat menjadikan ia tidak bisa lama-lama dalam satu majelis. Suatu ketika Kiai Syarbini mendapatkan undangan peringatan 7 hari meninggalnya seseorang. Keluarga duka sudah mempersiapkan segalanya mulai dari menyembelih sapi dan lain sebagainya. Namun pada saat Kiai Syarbini mengimami tahlil, tahlil yang ia baca cukup singkat, tidak terlalu lama. Tuan rumah pun menggerutu, tanda tidak terima. Dana besar sudah digelontorkan, tapi bacaan tahlilnya singkat saja. Akhirnya Kiai Syarbini meminta tuan rumah menyiapkan timbangan. Waktu itu alat yang digunakan adalah pohon kelapa yang sudah ditebang, lalu di antara tengah-tengah pohon kelapa diberi penyangga tuas. Satu sudut sana diberi pemberat berupa makanan-makanan yang tadi sudah disediakan keluarga. Di sudut satunya Kiai Syarbini meminta untuk dikosongkan.
Kemudian, saat Kiai Syarbini mau membaca basmalah baru pada bacaan “Bis” saja, beban makanan yang berat tadi sudah naik ke atas. Kiai Syarbini mengatakan, “Bismillah saya belum komplet saja, semua makanan kalian sudah kalah apalagi sampai genap.” Ini merupakan bukti kekuatan kalimat tauhid itu berapa di atas segalanya.
|
Ilustrasi acara tahlilan |
Dalam Musnad Ahmad, Rasulullah pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَسْتَخْلِصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا، كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ: أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ قَالَ: لَا، يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: أَلَكَ عُذْرٌ، أَوْ حَسَنَةٌ؟ فَيُبْهَتُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا، يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً وَاحِدَةً، لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ، فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ، فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ: أَحْضِرُوهُ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ؟ فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ "، قَالَ: فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ "، قَالَ: فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ، وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ، وَلَا يَثْقُلُ شَيْءٌ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla memilih seorang dari umatku di atas kepala para makhuk pada hari kiamat. Kemudian Allah menggelar 99 boks yang masing-masing boks panjangnya sepanjang mata memandang. Allah lalu menannyakan ‘Apakah kamu mengingkari yang tercatat ini semua? Apakah ada catatan malaikat hafadhahku yang menzalimimu (merugikanmu)?’ Jawab orang tadi, ‘Tidak, Ya Tuhan.’ ‘Apakah kamu punya alasan (saat melakukan kesalahan), atau ada catatan kebaikan kamu (yang hilang)?’ ‘Tidak, ya Allah.’ Kata Allah, ‘Bagi kami, kamu ini masih mempunyai satu kebaikan. Kamu pada hari ini tidak akan mendapatkan perilaku zalim.’ Ada satu catatan kertas orang itu yang di dalamnya terdapat kalimat asyhadu an lâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muhammadan rasûlullâh. Allah lalu memanggil para malaikat, ‘Catatan itu tadi berikan ke dia!’ Orang tadi bertanya kepada Allah, ‘Apalah artinya catatan ini dengan bandingan dosa saya yang sekian banyak?’ Dijawab, ‘Kamu tidak akan terzalimi’ Allah mengatakan, ‘Catatan-catatan buruk itu ditaruh pada seberang timbangan.’ Lalu catatan-catatan buruk itu pun kalah berat dari satu kertas yang berisi syahadat. Dan tidak ada yang bisa menandingi beratnya kalimat bismillahirrahmanir Rahim”. (HR. Ahmad)
Dengan demikian, bacaan kalimat thayyibah dan basmallah mempunyai keagungan yang luar biasa, sehingga apabila dibaca dengan sungguh-sungguh, dunia seisinya pun akan kalah dari bacaan mulia tersebut.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!