Saya pernah mendengar cerita langsung dari seseorang yang dekat dengan anggota FKB DPRD Jawa Tengah Periode 1999-2019. Anggota dewan itu pernah bercerita, “Suatu hari saya masuk ruang kerja saya di DPRD, setelah saya membuka laci tiba-tiba saya dikejutkan oleh sebuah amplop tebal. Setelah saya buka ternyata amplop itu berisi uang puluhan juta. Saya kaget karena memang beberapa bulan saya tidak masuk kerja dikarenakan sakit, sehingga keberadaan amplop ini sangat janggal dalam hatiku. Kemudian saya tanyakan perihal amplop ini kepada karyawan dan anggota dewan yang lain. Mereka menjawab bahwa uang itu adalah sebagai ganti upah/pesangon, karena saya tidak bisa ikut kunjungan kerja ke Singapura. Saya pun kaget, mengapa saya tidak ikut kunjungan kerja tapi tetap diberi. Akan tetapi anggota dewan yang lain menyarankan, ‘Terima saja’. Saya pun bingung akan dikemanakan uang sebesar ini”.
Saya sengaja tidak menyebutkan anggota DPRD Jawa Tengah dari PKB di atas karena khawatir akan timbul prasangka-prasangka yang tidak baik.
Cerita tentang anggota DPR yang sempat tersentuh hati nuraninya juga pernah dialami artis terkenal Sophan Sophiaan. Ia adalah anggota DPR dari PDIP, bahkan pernah menjadi ketua FPDIP. Berikut kisahnya.
Malam syahdu membaca catatan anonim ini. "Nurani Di Tengah Keserakahan". Kisah lama, balada anak negeri:
Sophan Sophiaan (Anggota DPR, aktor terkenal). Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 26 April 1944. Meninggal, 17 Mei 2008 (64 th). Ayahnya, Manai Sophiaan, salah satu tokoh nasional dan Pendiri PNI. Salah satu manuver terkenalnya adalah saat ia mengundurkan diri dari Dewan Perwakilan Rakyat pada awal tahun 2002.
Awal kegelisahan Sophan dimulai ketika suatu pagi ia membuka laci meja kantornya. Ia mendapati selembar Cek Kontan sejumlah 60 juta rupiah. Sophan menanyai satu persatu teman-temannya di Gedung DPR itu. Beberapa orang menjawab dengan tersenyum: "Sudahlah, terima saja....".
Beberapa lama kemudian seusai suatu rapat, seorang rekannya memasukkan lagi amplop berisi uang 20 juta rupiah. Lagi-lagi ia mendapat jawaban yang sama: "Sudahlah, terima saja".
|
Ruang kerja anggota DPR RI |
Hari selanjutnya ia menolak keras pemberian apapun, selain gajinya. Dan perlahan teman-temannya mulai menjaga jarak dengannya.
Hari-hari berlalu, dan seorang Sophan Sophian mulai sulit tidur. Ia gelisah, teringat pesan sang Ayah: "Bila kelak hidupmu sudah sukses, engkau harus mengabdikan dirimu untuk Bangsamu".
Namun di posisi sekarang ia merasa bagai berada di alam gersang, tiada kesejukan. Ia tidak tahan dengan lingkungannya, tidak mampu melihat apa yang berlangsung di depan matanya.
Ia memang telah menjadi orang yang sukses, aktor papan atas dan seorang produser film. Tapi di gedung ini, ada hal yang ia rasa mengganjal. Di malam-malam kegalauan, sang istri menganjurkannya untuk mengambil keputusan. Meneruskan atau berhenti, mengundurkan diri.
Sophan hanya aktif di DPR sekisar 1,5 tahun, resminya dua tahun. Ia mengajukan pengunduran diri dengan alasan kesehatan. Cek kontan dan uang di amplop, tetap utuh di laci mejanya sampai hari terakhir Sophan mengundurkan diri. Uang itu terbilang sangat kecil bila saja ia mau ikut arus. Ada bermilyar-milyar bila tangannya membuka, menerimanya.
Ia memilih kembali aktif lagi di dunia film, habitatnya. Baginya, tidak mungkin menjalani Hidup di Dua Muka, yaitu: KEMUNAFIKAN...!!!
Oleh: Saifur Ashaqi
Sumber: Kisah nyata dari anggota DPRD Jawa Tengah dan berbagai artikel di media online.
ADS HERE !!!