Imam Abu Bakr al-Thurthusyi al-Andalusi (450-520 H) menyusun kitab kumpulan doa Nabi Muhammad, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, jauh sebelum al-Adzkâr ditulis oleh Imam al-Nawawi (631-676 H). Dalam salah satu babnya, Bâb al-Du’â ‘Ind al-Istisqâ’, ia mengumpulkan ragam doa Nabi Muhammad ketika meminta hujan. Berikut beberapa doa yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
Pertama, doa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud. Berisi permintaan hujan yang menyuburkan, tidak membahayakan, dan bermanfaat.
اللهمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا مَرِيْئًا مَرِيْعًا, نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ أٰجِلٍ
“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda.” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, hal. 174)
Kedua, doa yang dipanjatkan karena permintaan seorang Badui. Ia sowan kepada Rasulullah mengeluh bahwa binatang ternaknya banyak yang mati dan anak-anak tidak pernah kenyang karena kelangkaan susu untuk diminum. Kemudian Rasulullah berdiri di atas mimbar, bertahmid dan memuji Allah. Beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa:
اللهمّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا سَرِيْعًا مَرِيْعًا غَدَقًا طَبَقًا، عَاجِلًا غَيْرَ رَائِفٍ، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ تَمْلَأُ بِهِ الضَّرْعُ، وَيَنْبُتُ بِهِ الزَّرْعُ وَتُحْيِي بِهِ الْأَرْضُ بَعْدَ مَوْتِهَا وَكَذَلِكَ تُخْرِجُوْنَ
“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang merata, segera, menyuburkan, lebat, merata, segera tanpa kelambatan, bermanfaat tanpa bahaya. Hujan yang dapat memenuhkan ambing (kantong kelenjar) susu binatang ternak, yang menumbuhkan tanaman, yang menghidupkan tanah setelah mati (karena kekeringan).” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, hal. 174)
Ketiga, doa yang diriwayatkan oleh Imam Malik bin Anas. Berisi permintaan diturunkannya hujan untuk hamba-hamba Allah, dan binatang-binatang ciptaan-Nya, serta dihidupkannya lagi negeri yang sebelumnya mati karena kekeringan.
اللهمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ
“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada hamba-hamba-Mu dan binatang-binatang (ciptaan)-Mu, sebarkanlah rahmat-Mu dan hidupkanlah negeri-Mu yang sebelumnya mati.” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, hal. 176)
Keempat, doa yang diriwayatkan Imam Abu Dawud. Doa ini dipanjatkan setelah keluhan banyak orang akan ketandusan tanah-tanah mereka karena keterlambatan musim penghujan. Kemudian Rasulullah meminta mimbar. Mereka langsung menyediakannya dan meletakannya di mushala (masjid). Rasulullah berjanji akan menemui mereka lagi nanti.
Sayyidah Aisyah berkata: “Nabi menemui mereka setelah matahari terbit. Beliau duduk di atas mimbar, mengucapkan takbir, tasbih, dan tahmid, dan berkata (kepada mereka):
إنكم شكوتم جدب دياركم واستئخار المطر عن إبان زمانه عنكم وقد أمركم الله سبحانه أن تدعوه ووعدكم أن يستجيب لكم
“Sesungguhnya kalian mengeluhkan gersangnya tanah-tanah kalian dan terlambatnya hujan dari masa biasanya. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya, dan menjanjikan akan mengabulkan (doa) kalian.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa:
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهمَّ أَنْتَ اللهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ, وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلْيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَي حِيْنٍ
“Segala puji milik Allah, Tuhan seluruh semesta, yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang, Tuhan yang menguasai hari pembalasan. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Engkau yang Mahakaya, sedangkan kami makhluk yang membutuhkan, turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan kepada kami sebagai kekuatan dan pencapaian hingga akhir masa.”
Setelah itu, Rasulullah mengangkat tangannya hingga terlihat dua ketiak putihnya, lalu membalikkan tubuhnya ke arah orang-orang. Beliau lantas melaksanakan shalat dua rakaat, dan di setiap rakaat membaca, “Mâ syâ’allâh” dan “Subhânallâh”. Lalu suara guntur terdengar dan hujan pun turun dengan lebat sampai memenuhi masjid. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum lebar hingga terlihat gigi gerahamnya ketika melihat orang-orang bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing. Kemudian beliau berkata:
أشهد أن الله علي كل شيء قدير وأني عبد الله ورسوله
“Aku bersaksi bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya.” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, hal. 176)
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU