Khoirudin melihat Gus Miek telah duduk-duduk di warung kopi depan terminal. “Mas Din, sini salaman dulu,” panggil Gus Miek.
Khoirudin kemudian bersalaman dengan orang yang disamping Gus Miek yang berpakain lusuh dan compang-camping. Lalu, Gus Miek kembali asyik berbincang-bincang dengan orang itu. Setelah beberapa lama, orang itu berpamitan untuk melanjutkan perjalanan dan melangkah pergi setelah berangkulan dengan Gus Miek.
“Sampean tadi bersalaman dengan siapa, Mas Din?” tanya Gus Miek.
“Ya, tidak tahu Gus,” jawab Khoirudin.
“Itu tadi Nabi Khidir,” jawab Gus Miek.
“Wah, kalau tahu, saya tadi minta uang,” kata Khoirudin menyesal.
“Tidak bisa, kalau kamu minta uang, nanti malah jadi maling,” jawab Gus Miek.
Pada saat yang lain, Gus Miek pernah diminta pertolongan oleh salah seorang santrinya agar dipertemukan dengan Nabi Khidir. Gus Miek kemudian mengajak mancing di sungai sejak sore hari. Setelah lewat tengah malam, suasana sangat dingin dan angin tertiup kencang. Tiba-tiba ada seorang sudah sangat tua menjual es lilin menghampiri santri Gus Miek sambil menawarkan es. Karena sudah sangat kedinginan, santri itu terus menolak walau penjual itu berulang kali menawarkan kepada dirinya. Setelah penjual es itu pergi, Gus Miek menhampiri santrinya.
“Sudah berbicara dengan Nabi Khidir?” tanya Gus Miek.
“Nabi Khidir mana, dari tadi tidak ada orang, yang ada malah penjual es,” jawab santrinya.
“Ya, itu tadi Nabi Khidir yang datang dengan menyamar,” jawab Gus Miek.
Santri itu kemudian berlari mengejar penjual es itu, tetapi sudah hilang entah kemana.
|
Ilustrasi penjual es lilin |
H. Rohmat, Kediri bercerita bahwa, pernah juga seorang santrinya yang lain mengajukan permintaan yang sama. Tengah malam Gus Miek mengajak nongkrong di warung. Tak berapa lama kemudian, ada pengemis dengan pakaian compang-camping dengan meminta-minta. Santri itu tidak menggubrisnya. Akhirnya, Gus Miek menghampiri pengemis itu. Setelah berpelukan, pengemis itu langsung pergi.
Gus Miek kemudian kembali kepada santrinya dan mengatakan bahwa itu tadi Nabi Khidir. Spontan saja santri itu berlari mengejar pengemis itu yang masih terlihat berjalan tertatih-tatih. Tetapi, sekencang apa pun santri itu berlari, sosok pengemis itu semakin menjauh dan akhirnya hilang dalam gelapan malam.
Cerita ini disarikan dari buku “Perjalan dan Ajaran Gus Miek” yang ditulis oleh M. Nurul Ibad.
Wallahu A’lam
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!