Dari dulu saya selalu curiga, bahwa dibalik sosok hebat pasti ada peran seorang waliyyullah di sana. Saya pernah menceritakan bahwa Habib Ali Al-Jufri lahir dalam keluarga politik, ayahnya adalah mantan Wakil Presiden Yaman. Tapi karena sang ayah seringkali membawa Habib Ali kecil sowan ke Ndalem Al-Quthub Habib Abdul Qodir Assegaff, akhirnya Habib Ali Al-Jufri bisa menjadi sosok ulama besar yang kita kenal saat ini.
Gus Baha’ ternyata juga begitu, beliau ini adalah “korban” cipratan barokah waliyullah. Ceritanya dulu ketika Gus Baha’ masih kecil, Abah beliau Kiai Nur Salim seringkali mengajak beliau sowan ke ulama-ulama Lasem (Rembang). Dan salah satu ulama yang disowani Abah beliau waktu itu adalah Waliyullah Mbah Hamid Baidhowi. Ketika melihat Gus Baha’, Mbah Hamid spontan dawuh kepada Kiai Nur Salim:
“Anakmu besok sing bakale paling ngalim yo cah iki…” (sambil menunjuk ke arah Gus Baha)
Barokah dawuh, doa dan pandangan Mbah Hamid waktu itu, Gus Baha’ bisa menjadi tokoh hebat yang diidolakan jutaan orang seperti yang kita kenal saat ini..
Membaca sejarah hidup Habib Ali dan Gus Baha’, saya teringat Gubahan Indah pengarang Nadhom Riyadhotussibyan:
و ليلتزم فعل الكرام الأوليا * المتقين الصالحين الأتقيا
و يعتمد ْجلوسه بينهمُ * حتى يوافق طبعُه طبعَهمُ
“Hendaknya sejak dini, kita sudah mengajarkan anak-anak kita untuk mengikuti jejak orang-orang mulia para wali, para sholihin, para kekasih Allah,
|
Gus Baha sowan Mbah Maimoen Zubair |
Kita juga harus membiasakan anak-anak kita untuk duduk bersama mereka, agar tabiat anak-anak kita bisa serasi dan “mencocoki” tabiat mereka ”
Barokah Gus Baha’, Habib Ali, dan para kekasih Allah lainnya. Karuniakan kami Ya Rabb. Keturunan yang sholeh dan sholehah. Yang menyejukkan mata. Dan menentramkan hati
Bangkalan, 13 Oktober, 2019
Penulis: Ismael Amin Kholil, Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!