Diceritakan oleh Kyai Syuhada Anas, dari Kyai Hariri Majalengka (Jawa Barat), santri Kyai Rukyat, yang pernah juga ngaji dengan Mbah Musyafa .
Mbah Musyafa Mulang ngaji?
Hal ini tentu menjadi daya tarik sendiri, karena Mbah Musyafa’ itu wali majdzub, tapi ternyata mulang ngaji juga.
Bagaimana ngajinya?
Kyai Hariri ngaji kepada Mbah Musyafa dengan sorogan. Seperti biasanya nyorog, santri bawa kitab lalu membacakannya di hadapan kyainya.
Ketika Kyai Hariri ngaji kepada Mbah Musyafa, maka Kyai Hariri membacakan kitabnya di hadapan Mbah Musyafa. Mbah Musyafa sendiri, entah nyimak atau tidak, lha wong salah juga tidak disalahin, juga tidak dibenarkan.
Lalu setelah selesai ngaji, Mbah Musyafa menasihati:
"dadi santri kui kudu koyo wit-witan, sing ono oyote, oyote kuat, sing akeh pange, sing akeh godonge, sing akeh uwohe." (Menjadi santri itu harus seperti pohon yang memiliki akar yang kuat, banyak cabangnya, banyak daunnya, dan banyak buahnya).
|
Makam Wali Musyafa' (bagian depan) |
Kyai Hariri ini juga menyaksikan betapa dahulu makam Kyai Rukyat dan Mbah Musyafa itu berjauhan, seperti juga diceritakan Abah KH. Dimyati Rois .
Dan nyatanya kini, makam tersebut berdampingan saling berdekatan seperti yang kita lihat bagi yang pernah ziarah ke Jabal Kaliwungu.
Wallahu A’lam
Sumber: FP. Balai KH. Dimyati Rois
ADS HERE !!!